Rasulullah bukanlah sosok langsung yang membebaskan tanah suci Palestina. Namun, Ia selalu menghidupkan spirit menjaga kiblat umat muslim pertama kepada para sahabat. Bahkan di kalangan budak pun, pembahasan Palestina sudah masyhur dibicarakan. Salah satu tokoh utama kemerdekaan Palestina pertama adalah Khalifah Umar bin Khattab.
Sejak masuknya Umar ke dalam Islam, ia menjadi benteng perlindungan umat muslim dari gangguan Kafir Quraisy dengan keberanian dan ketangkasannya bergulat. Ia tidak pernah menolerir segala bentuk ketidakadilan, sekaligus bersikap keras terhadap kemunkaran. Suatu hari, Rasulullah dan para sahabat melakukan ibadah di celah-celah bukit yang jauh agar tidak diketahui kaum musyrik Quraisy. Umar merasa janggal dengan keadaan ini, padahal yang ia yakini bahwa ibadah adalah bentuk kebenaran. Lalu Rasulullah dan para sahabat menuju Kakbah membentuk dua barisan. Pada barisan pertama, ada Umar dan barisan kedua, beridiri kokoh Hamzah bin Abdul Muthalib. Keduanya menjadi benteng bagi kaum muslim. Saat kaum Quraisy memasuki masjid, mereka tidak berbuat apa-apa, hanya memandanginya. Tak ada yang berani mendekati kedua barisan tersebut, apalagi mengganggunya.
Sejak Umar bergabung ke dalam Islam, umat Islam merasa mempunya harga diri.” – Abdullah bin Mas’ud
Walaupun terkenal keras, ia memiliki hati yang lembut dan agung dengan kesederhanaan. Suatu hari, ia menerima hadiah uang sebanyak 800 dirham dari Abu Musa al-Asy’ari. Ia tidak dapat tidur hingga azan subuh. Istrinya bertanya, “malam ini engkau tidak tidur?”
“Bagaimana Umar bisa tidur, sementara aku dikirimi harta amat banyak dan belum pernah ada sejak masa Islam,” jawabnya. Ia tidak akan merasa tenang, selama harta yang ia dapatkan belum dibagi-bagikan pada yang berhak.
Menjelang penyerahan Yarussalem kepada pihak muslim, Pendeta Sophronius, seorang Uskup Agung hanya ingin menyerahkan langsung kepada pemimpun umat muslim. Abu Ubaidah segera mengirim utusan untuk pergi ke Madinah dan mengundang Umar bin Khattab menerima penyerahan kota Yarussalem. Ia berangkat dengan bekas budaknya.
Saat Umar mendatangi tanah Palestina untuk membebaskan Baitul Maqdis, ia menaiki seekor unta merah. Ia menunggangi unta bergantian dengan bekas budaknya. Kadang-kadang ia menuntun unta, bekas budaknya yang menunggangi unta atau sebaliknya. Kepalanya botak memantulkan cahaya matahari karena ia tidak memiliki sorban atau kopiah dan kakinya tidak menggunakan sandal. Tasnya terbuat dari serabut yang juga ia gunakan untuk alas tidur.
Sesampainya di depan gerbang Stepanus, gerbang utama Yarussalem, kebetulan Umar yang menuntun unta. Para pembesar Yarussalem terpukau dengan kesederhanaan perilaku khalifah umat Islam. Mereka takjub pada Umar, sosok pemimpin besar yang dapat menaklukan sebagian besar wilayah imperium Romawi dan Persia yang begitu sederhana.
Umar yang terkenal dengan kesangarannya, dapat membebaskan Palestina tanpa kekerasan dan tanpa tumpah darah sedikitpun. Umar juga memberikan pelajaran pada kita, bahwa kesederhanaan adalah kunci jiwa yang perlu dimiliki oleh seorang pembebas. Inilah tugas kita, maka pertanyaannya adalah, “apakah kita mampu seperti Umar?”