Bertemu Dr. Fauziah, Perempuan Besi Malaysia dalam Misi Women’s Boat To Gaza

Assalamualaikum, teman-teman! Perjalanan ke Malaysia bersama SMART 171 dan Baik Berisik lebih bermakna karena Allah pertemukan kami dengan Dr. Fauziah, Anggota Misi Women’s Boat To Gaza yang diinisiasi oleh Freedom Flotilla Coalition (FFC) menggunakan kapal Kapal Zaytouna-Oliva pada September 2016 bersama dengan 12 perempuan lainnya dari sejumlah negara. Mereka yang tergabung dalam misi kemanusiaan ini melintasi laut Mediterania sejauh 1.700 mil dari Barcelona, ​​Spanyol, melalui Messina, Italia untuk mematahkan kepungan tidak manusiawi di Gaza.

Sesuai dengan nama programnya, semua yang ada di kapal adalah perempuan; dari nahkoda hingga kaptennya. Sang kapten adalah mantan kolonel dari Amerika yang merupakan ambassador US di Irak yang berhenti dari pekerjaannya karena menolak tindakan Amerika kepada Irak di tahun 2004. “Yang berangkat adalah para influencer dan memiliki power yang terkenal untuk memecah kepungan di Gaza sebelum menyalurkan bantuan. Saya pun tak menyangka akan terpilih, kabar ini datang dari pengurus di Turki. Saya dibutuhkan sebagai tenaga kesehatan di dalam kapal,” kata Dr. Fauziah.

Melihat sinar matanya yang tulus selama bercerita, membuat hati kami hangat. Beliau menuturkan kejadian demi kejadian selama di kapal sesekali tertawa mengingat kejadian di toilet tidak layak. Walaupun bukan perwakilan dari pemerintahan Malaysia, pemberangkatan perwakilan perempuan Malaysia untuk misi Women’s Boat to Gaza sudah sampai hingga kerajaan Malaysia, sehingga jika ada hal terjadi pemerintahan Malaysia harus menolong.

Rencana awalnya, ada dua kapal yang akan berlayar yaitu kapal Zaituna dan Al-Amal, nama-nama kapal yang diambil dari nama-nama Palestina yang total penumpangnya sebanyak 20 orang. Namun, saat di Barcelona kurang dari dua jam perjalanan, kapal Al-Amal mengeluarkan ledakan yang diduga adanya sabotase dan terpaksa balik. Akhirnya, dipilihlah 13 orang yang melanjutkan perjalanan dengan kapal Zaituna termasuk Dr. Fauziah karena rombongan misi memerlukan dokter selama perjalanan di kapal.

Tidak bisa membayangkan bagaimana sulitnya bertahan di kapal kecil untuk misi besar kemanusiaan, butuh waktu selama 21 hari di kapal dari Barcelona. Waktu tidurnya dibagi menjadi tiga shift dalam sehari. Gerakan ini pun mendapat banyak dukungan dari banyak pelajar di sejumlah negara terkhusus negara-negara yang dilewati oleh kapal Zaituna. Di mana kapal berhenti, di situlah telah siap orang-orang yang memberikan bantuan dan dukungan dari makanan hingga pakaian.

Suasana hangat dengan suguhan makanan rumahan khas Malaysia jadi tegang saat beliau menuturkan bagian cerita saat ditahan oleh tentara zionis di salah satu pusat penahanan dekat Bandara Ben Gurion (Tel Aviv). Para peserta ditahan selama satu hari. Melalui Kedutaan Malaysia di Jordan dan membayar pengacara israel yang pro-Palestina untuk melepaskan anggota misi Women’s Boat to Gaza.

Dr. Fauziah pun bercerita bahwa saat ditahan oleh zionis israel, ada salah seorang Yahudi yang mengorek-ngorek rekam jejaknya di media sosial. “Media sosial juga menjadi bahaya, karena ada orang Yahudi yang melacak media sosial saya dan mengatakan bahwa saya anti feminis.” Tidak ada satu postinganpun dari akun beliau mengenai feminisme, hanya karena beliau menyukai konten yang menolak gerakan feminisme. “Seharusnya dia berpikir, jika saya anti feminisme, untuk apa saya ada di bot, kan? Namun, pada kenyataannya memang saya anti gerakan liberal!”

Nah, seluruh delegasi menjalani pelatihan terlebih dahulu untuk menjamin keselamatan semua peserta. Mereka berlatih mental, membuat kesepakatan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan, bahkan reaksi ketika ditangkap musuh; tidak boleh melawan. “Kita tahu itu simulasi, tetapi saat terjadi yang sesungguhnya di depan mata kami pun jadi gugup.”

Pertemuan ini jelas sangat memberikan kami banyak asupan semangat untuk pembebasan Palestina. Mata kami sembab sepanjang cerita. Semoga kesempatan yang Allah beri pada kami bertemu dengan perempuan-perempuan inspirator menjadi sumber baru perjuangan.

Selain kehangatan, cerita dan semangat, kami juga mendapatkan kenang-kenangan dari para Ustazah pejuang pembebasan Palestina.

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts