Assalamualaikum, temen-temen!
Bentar, bentar napas dulu. Eh gak tau ini jadi malah beneran pengen ngetik sambil teriak buang energi negatif karena insecure. Asli materi kedelapan di Sekolah Pemikiran Islam (SPI) bikin aku nyadar kalau masih jadi manusia ‘gak tahu diri’ terutama di hadapan Allah. Ya Allah tolong!
Jadi temen-temen, bahasan pertemuan kali ini tuh tentang ADAB. Kalau CINTA sering disebut satu kata sejuta makna, kalau adab triliun makna sih. Kali ini disampaikan oleh Ustaz Dr. Syamsuddin Arif, Peneliti Senior INSISTS dan Dosen Unida Gontor. Semua kata yang keluar dari beliau rasanya pengen dicatet gitu. Maa syaa Allah deh pokoknya!
Nah, aku coba review materinya ya, temen-temen. Bismillah!
Diawali dari cerita Prof. Al-Attas, ya. Jadi beliau ini pernah mendapatkan pertanyaan dalam suatu agenda begini kira-kira pertanyaannya, “Apa sih permasalahan terbesar saat ini?” Orang-orang sekitar beliau menjawab perekonomian, kesehatan, pendidikan, dan segala macem. Tapi, beliau menjawab, masalah terbesar saat ini adalah ‘ADAB’.
Apa sih itu adab?
Ustaz Syasuddin menjelaskan kalau adab dikatakan sebagai tata krama atau sopan-santun itu tidak salah, tapi tidak cukup. Ibaratnya tuh kalau turis bilang Bali adalah Indonesia. Gak salah kan? Tapi Indonesia itu bukan cuma Bali aja. Gimana gimana? Kebayang ya.
Cakupan adab itu adalah disiplin jiwa, diri, akal, dan pikiran. Lalu, apakah selama kita belajar di sekolah sudah mendapatkan pelajaran tentang adab?
Menurut Ustaz Syamsuddin, pendidikan di Indonesia sudah sangat berhasil mencetak orang-orang berilmu, tapi belum berhasil mencetak orang-orang beradab.
Kalau adab dikatakan menaati aturan, berati kita harus tau aturannya. Parahnya, kalau gak tau aturan. Aturan dalam adab ini bukan sekadar aturan sekolah, pemerintah, dan masyarakat saja, tetapi aturan Tuhan yang menciptakan manusia. Itulah kunci mengapa banyak manusia terdidik tapi masih ‘bi-adab’ alias gak punya adab.
Jadi ada siklusnya, nih. Eh apa ya istilahnya. Kalau Ustaz Syamsuddin bilangnya lingkaran setan.
Orang yang gak punya adab itu berawal dari kesalahan ilmu, dari kesalahan ilmu inilah muncul kebingungan. Apa yang dibingungin? Bingung bedain mana yang baik mana yang buruk. Kayak misal gini, ada orang yang mau ke Purwakarta, eh dia malah ke Purwokerto karena menganggap keduanya sama aja padahal mah yang satu di Jawa Barat, satunya lagi di Jawa tengah. Kalau gak tau mana yang bener mana yang salah, ya tentu bakal salah tindakan.
Adab diartikan sebagai kepatuhan. Kalau lagi mengendarai motor terus lampu merah, pasti kita berhenti kan? Nah itu disebut adab. Kita mampu menahan kesalahan dengan menerobos lampu merah. Ungkapan ini disampaikan oleh Ibnu Mansur.
Orang yang good looking itu diartikan buat orang yang berilmu dan beradab. Inilah yang pengertian adab dari Imam Syafii.
Adab as ‘ask’ or one of humaniora.
Kalau mau digali lebih dalam lagi, setiap cabang ilmu itu pasti bakal dibahas tentang adab. Adam menuntut ilmu, adab berfatwa, sampai adab mencari nafkah, semua diatur dengan lengkap.
Siapa sih orang beradab yang paten banget buat dijadiin contoh?
Jelas donk Rasulullah Muhammad. Kenapa? Karena beliau didik langsung sama Allah. Dari pendidikan Allah terhadap Rasul kecintaan kita, dalam hadis disebut ‘takdim’ atau penanaman, bukan ‘tarbiyah’ atau pendidikan.
Adab as the aim of pedagogy. Dalam pendidikan, yang perlu banget diperbaiki dalam menciptakan murid-murid yang beradab adalah gurunya. Karena, kecacatan anak terkait dengan keburukan gurunya. Apapun yang dilakukan oleh guru, sang murid pasti menganggapnya baik, atau yang tidak dilakukan guru berati itu buruk.
“Untung gak jadi guru” dipites nih. Guru di sini tuh dengan segala maknanya, ya! Termasuk seorang kakak yang dilihat adabnya sama adik-adik. Banyaklah pokoknya hahaha (coba aja dimaknai sendiri sesuai posisi dan tugas temen-temen :p)
Kemudian, orang yang punya adab itu bisa menjaga batasan. Maksudnya adalah dia tidak berlebihan, tapi nggak curang juga karena merasa kurang. Kayak hormat ke orang ya, yaudah gak usah berlebihan sampai takzim banget nget nget. Rasulullah aja gak mau kan ya dihormati berlebihan, segitu manusia paling sempurna lho, yang ibaratnya tuh ‘pantes’ dapet penghormatan berlebih. Itu contoh adab kepada makhluk, ya. Kalau adab ke Allah tentunya bertakwa!
Manusia yang tidak beradab, bukan manusia setuhnya (Ira M. Lapidus)
Kalau gak mau terikat oleh adab, ke hutan aja gitu wkwkwk. Soalnya kalau di hutan kan gak ada peraturan alias gak ada peradaban. Kalau mau mencuri apa yang ada di hutan gak ada hukumannya. Hukuman dari manusia, ya.
Apa sih akibat orang yang gak punya adab?
Akibatnya, seseorang itu merasa besar, merasa benar, merasa hebat. Segala sesuatu yang batil dianggap hak atau memnculkan keragu-raguan. Selain itu, mereka yang biadab menyamaratakan seluruh manusia. Kayak orang Kafir Quraisy yang gak mau nerima kenabian Rasulullah Muhammad mereka beranggapan, “lho kan Muhammad sama-sama manusia?”.
Terakhir, Ustaz Syamsuddin menyampaikan kalau adab itu adalah hasil hikmah, dan hikmah adalah hasil dari ilmu. Maka mohonlah kepada Allah agar kita bisa mengambil keputusan yang benar dalam bertindak.
Sekian, temen temen. Yuk yuk kita muhasabah :’) Barakallahu fiikum!