Alasan 'Emak-emak' Ikut Sekolah Pemikiran Islam

Rabu, 3 Februari 2021
Sekolah Pemikiran Islam kembali melaksanakan kelas intensif. Tahun ini
diselenggarakan di tengah pandemi dan untuk pertama kalinya dilakukan di awal
tahun. SPI Angkatan 11 dengan jumlah peserta lolos seleksi sebanyak 86 orang, enam
di antaranya adalah seorang ibu rumah tangga.

Situasi pandemi,
seperti yang disampaikan oleh Akmal Sjafril, Kepala Sekolah Pemikiran Islam Pusat
dalam pertemuan perdana mengungkapkan bahwa hikmah dari pandemi, SPI bisa
dilaksanakan di berbagai daerah secara efisien. Dan menjadi hal mudah SPI
diikuti oleh ibu rumah tangga dengan kesibukan mengurus anak.

Erly Mulfias Yuli, seorang
ibu dengan satu anak sangat antusias mengikuti Sekolah pemikiran islam. Baginya,
kondisi pemyimpangan dari pemikiran islam sangat meresahkan terutama bagi seorang
ibu rumah tangga dan pendidik di sekolah. dengan mengikuti SPI, Erly ingin
berada di barisan penuntut ilmu yang justru membantunya menjadi seorang ibu di
rumah dan di sekolah. “Di rumah saya melindungi anak biologis saya dari
serangan ghozwul fikr, begitupun juga di sekolah saya ingin melindungi
anak-anak ideologis,” jelas Erly.

Kepala Sekolah SPI
Jakarta, Chandra Yudhangkara menjelaskan, bahwa SPI memberikan peluang untuk
ibu rumah tangga karena mereka tetap diwajibkan oleh Allah menuntut ilmu. Hal ini
juga sesuai dengan cita-cita besar SPI untuk menjadi bagian dari upaya mengembalikan
kejayaan peradaban islam melalui tradisi keilmuan. “Tentu saja, seorang ibu
adalah salah satu apek terpenting dari upaya tersebut. Karena seorang ibu
adalah madrasah utama bagi anak-anaknya,” tegas Chandra.

Terakhir, Chandra
berharap dengan diberikannya peluang SPI kepada ibu rumah tangga, seorang ibu
bisa mempersiapkan anak-anaknya menjadi generasi yang memiliki worldview of islam yang benar, karena
dengan begitu islam semakin dekat mencapai kejayaan.


(Tugas reportase ke-1)

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »