Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Malam yang dingin. Beberapa menit yang lalu turun hujan. Saat ini saya sedang duduk didepan laptop kesayangan yang dalam kondisi yang berbeda setelah beberapa hari tidak dipakai karena kerusakan keyboard dan kehilangan cargher. Ah, laptop walaupun sekarang anggota tubuhmu mendapat transfusi dari laptop lain sesungguhnya masih menjadi benda yang berharga.
Sudahlah gak banyak ceritain kondisi laptop yang baru dipakai dengan normal kembali. Jadi malam ini saya ingin bercerita. mencurahkan perasaan. Lagi-lagi tentang perasaan ya. Saya memang orang yang biasa-biasa saja, belum sampaimempengaruhi kehidupan orang lain atau bahkan mungkin belum menjadi orang yang sungguh bermanfaat. Ketika ada seseorang yang menceritakan pengalaman yang juga dirasakan oleh saya, sebenarnya ada hal yang sangat ditakutkan ketika memberikan saran (nasihat). Sejatinya saya takut munafik. Antara perkataan saya,padahal saya pernah melanggar hal itu.Saya takut Allah membenci saya karena hal ini. Tapi jika saya berpikir padasisi lain,terkadang ketika saya memberikan nasihat sesungguhnya khusus teruntuk diri saya, menasihati diri sendiri. Tapi seklai lagi, saya takut jika saya hanya bisa melihat kesalahan orang lain sedangkan kesalahan diri sendiri yang begitu banyak saja tidak saya sadari. Astaghfirullah…
Disini saya tidak akan memberikan statement bahwa harus sesuai yang saya tulis pada kesempatan kali ini. Pada waktu yang berbahagia ini saya akan menasihati diri saya dan jika menyentuh hati saudara/ilalu menyadarinya diri salah sesungguhnya Allah-lah yang berhak untuk itu. Saya hanya sedang belajar untuk menasihati saya sendiri dan semoga bermanfaat untuk orang lain, karena saya adalah bukan siapa-siapa yang menginkan ada karena bermanfaat. Bismillah
Akhir-akhir ini saya disibukkan membacanovel karya Tere Liye dan beberapa status beliau di Facebook. Kata-kata yang sederhana, tidak terlalu rumit, dan sangat runcing hingga menembus dalam hati yang sering membuat saya tersenyum setelah membacanya. Dan terkadang membuat saya ber-istighfar dan mengucapkan hamdallah.
“Tidak masalah dianggap bukan siapa-siapa. Dan tidak perlu mati-matian membuktikan kita ini layak.
Respek,persahabatan,kasih-sayang, bahkan cinta sekalipun tidak baik dipaksakan. Melainkan tumbuh secara alami, ketika kita melewatinya dengan tulus, memperbaiki diri, maka esok lusa,kita bisa jadi siapa-siapa” (Tere Liye)
Perkataan tersebut menyentuh dengan keras, seperti ditimpuk seribu batu dalam hati saya. Saya ingat sesuatu, atau bahkan mungkin akan selalu menjadi ingatan setiap waktu hingaa nanti saat dimana akhirdari kata Tere Liye kenyataan. Ada saat memang kita merasakan suatu pengharapan yang sangat kepada seseorang.Ketikayang kita harapkan malah acuh atau tidak memberikan respon baik terhadap yang kita harapkan seakan kita ingin membuktikan perjuangan kita bahwa kita ini pantas untuknya. Bahkan melakukan diluar batas sikap dan kemampuan kita. Kehilangan juga pengharapan memang sakit rasanya jika pada manusia. Tidak perlu kita susah payah agar orang tau kebaikan kita, karena orang yang menyayangi kita tidak perllu itu, juga orang yang membenci kita tidak akanpercaya (Ali bin Abi Thalib).
Apalagi coba, nih..
kalau yang pernah melakukan ini:
si dia ulang tahun (atau mungkin hanya sekedar memeberi) kado atau kejutan. Menguras uang simpanan membelikan sesuatu yang dia suka. Deg-degan pas mau ngasih. Kado dibungkus dengan rapinan cantik.Tunggu, apa kita pernah berusaha memberikan kado atau kejutan untuk keluarga atau kerabat terdekat ? hanya sekedar memberi ? apa pernah? Kita membela-belakan membahagiakan orang lain, yang jelas-jelas bukan keluarga kita ? Nah, tiba-tiba si dia gak adawaktu buat ketemu sama sekali buat menerima kado, sakit hati pake bangetkan? nahlo… berartii ada yang salah samaniat dan tujuan kita.Tapigak masalah sih kalaukita bisa berpikir positif tentang hal ini, kesemuanya adalah rencana Allah. Mungkin Dia merencanakan agar kita tidak menyesal dikemudian hari karena memberi kado untuk si dia. Kadonya kasih aja ke ade atau saudara. Membahagiakan saudara sendiri lebih berpahala, apalagi niatnya bukan modus buat nunjukkin ke dia kalau kita sungguh menyayangi dan memperhatiakn dia. iihh.
SABAR
Sabar memang bukan hanya diam saja, harus ada aksi (perjuangan). Tapi ada syaratnya, yang penting tujuannya baik, caranya baik, udah tinggal sabar dalam berjuang. Jangan medah menyerah. Kalau masuk kedalam dua syarat tadi berarti masuk ke dalam kategori sabar.Nah, kalau kita sabar buat sesuatu untukmendapatkan cinta dia lalu berjuang, apakahdisebut sabar? #thinkagain
Gimana cara kita berjuang?
kalau kita berjuang dengan baik, apa orang yang kita perjuangkan harus tau?
TIDAK, bahkan kalau bisa jangan sampai tahu (kasih aja tempe).Poin penting jika kita berusaha sebaik mungkin adalah untuk mencapainya, tapi poin yang lebih penting lagi adalah bahwa kita minta bukan kepada orang yang kita perjuangkan, tapi pada penciptanya, sehingga dia tidak harus tahu. sekiranya jika dia ingin tahu, bahwa apapun yang kita lakukan adalah demi dia, nahloh berarti kita memuja buta ke dia, berharap pada manusia, bagaimana jika hasilnya gagal? nol besar usaha kita. Bahkan dosa karena Allah pencemburu. Tapi ketika menintanya pada Allah sambil berusaha, Allah sayang kita,akan mudah dikabulkan, tidak dikabulkanpun pastinya diberikan yang terbaik sebagai gantinya. Tidak berhasil sedikitpun, tidak akan sia-sia,ini jadi ujian yang bernilai. Kesedihan akan ada nilainya jika kita bersabar 🙂
Hasil dari kesabaran kita memang gak langsung *breg* Allah kasih ke kita. Ada waktunya. tinggal aja kita sabar dan terus meyakini bahwa tidak ada yang sia-sia selagi kita beramal baik karena Allah. Masuk syurgaitu juga gak instan loh, inget itu. Inget.. inget..