Bercerita dan Bersyukur

Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Saat KKN, aku dan teman-teman rutin mengajar
di Madrasah Dinniyah, membantu Ustaz Uyeh. Kemudian kami melanjutkan bermain
dengan adik-adik RW 03 di Taman Pendidikan Alquran di rumah Ustaz Eddy. Saat
mengajar sore biasanya ditemani Ummi, panggilan kami pada istri Ustaz Eddy. 
Di TPA ini aku lebih enjoy
berbagi, karena belajar membaca Alquran dan cerita-cerita apapun; kisah nabi,
kisah sahabat nabi, atau kisah yang mengandung banyak hikmah bagi anak-anak
TPA. Bedanya di Madrasah Dinniyah aku harus menyiapkan materi bahasa Arab.
Seringnya aku ajak mereka untuk bernyanyi dengan bahasa Arab, menghafal
kata-kata mutiara yang mahsyur dengan bahasa arab seperti ‘man jadda wa jada’,
‘man shabara zhafira’, dan ‘man saara ‘ala darbi washala’.
Aku senang bercerita kepada adik-adik
TPA. Setelah membaca Alquran, aku selalu diberikan kesempatan untuk berbagi.
Pertama adalah tentang Nabi Musa. Kisah Nabi Musa memang cerita yang istimewa
buatku. Aku punya kisah tersendiri tentang cerita Nabi Musa.
Waktu Aliyah, di mata pelajaran
Ilmu Dakwah, Pak Naufal, guru saat itu adalah pemiliki Rumah Makan Citra Sunda
yang terkenal di Leuwiliang. Ayam bakar yang khas dan sering sekali dinikmati
oleh siswa Muallimien. Pak Naufal mengadakan lomba drama Nabi di mata
pelajarannya. Kami dibagi beberapa kelompok dan memilih kisah nabi yang akan di
jadikan drama. Aku satu kelompok dengan Jawad Rahmat. Dia adalah ketua kelas
kami di 11 IPA. 
Beberapa hari kami mempersiapkan
lomba. Mulai dari mempersiapkan kostum sampai properti. Ada properti peti saat
Musa kecil yang dibuang oleh ibunya di Sungai Nil, ular besar yang berasal dari
tongkat Nabi Musa, dan masih banyak lagi. 
Oya,peranku di drama ini adalah
sebagai Asyiyah, istri Fir’aun (hehehe) dan sebagai Nabi Harun, sahabat Nabi
Musa yang membantu mendakwahi Raja Fir’aun. Jawad berperan sebagai Nabi Musa.
Saat itu, keadaan kaki Jawad yang tidak sehat. Ia harus bersusah payah untuk
berjalan. Namun, semangatnya patut diapresiasi. Kaki jawad seperti itu sebab
tergelincir saat bermain futsal di sekolah. Setelah diurut, beberapa hari ia
tetap harus merasakan sakit.
Kami menjalani drama dengan
maksimal. Dan, Alhamdulillah hasilnya pun sangat memuaskan. Beberapa hari
setelah drama, Pak Naufal mengumumkan hasil lomba. Kelompok drama Nabi Musa
menjadi juara pertama. Hadiahnya adalah nasi box berisi ayam bakar Rumah Makan
Citra Sunda (wkwkwkw). Tapi, saat pengumuman Jawad tidak hadir karena kakinya
semakin sakit. Jelas, itu adalah hal yang menyedihkan. Waktu yang seharusnya
dijadikan momen paling bahagia untuk kelompok kami. Namun, tidak sempurna karena
sang tokoh utama, Jawad sebagai Nabi Musa tidak hadir.
Singkat cerita, beberapa hari
Jawad belum kembali sekolah. Ditelusuri oleh teman-teman dari saudaranya yang juga
satu sekolah dengan kami, ternyata Jawad  memiliiki tumor di kakinya. Seketika kelas kami menjadi kelas yang
sangat tertutup.  Keceriaan yang hampir
setiap harinya menghiasi, kini berubah menjadi sepi. Kami sempat menjenguk di
kediamannya. Keadaan Jawad sangat kurus. Allah lebih sayang Jawad.  Tepat pada hari Selasa, 21 April 2014 ia
pergi meninggalkan kami semua.  Belum
sempat makan nasi box Rumah Makan Citra Sunda hasil hadiah lomba Nabi Ilmu
Dakwah. Sore itu menjadi sore abu. Penuh kesedihan. Untuk pertama kalinya aku ditinggalkan
oleh teman satu sekolah. Almarhum Jawad adalah sosok yang
ceria. Ketua kelas kami yang apa adanya. Semoga engkau mulia di sisi Allah,
Jawad.
Nah, jadi itulah sebab aku selalu
ingat kisah Nabi Musa. Selain itu, aku pun sangat mengagumi Nabi Musa karena
beliau tetap menjadi anak yang berbakti kepada ayah asuhnya Fir’aun,walau 
dia adalah sosok yang  lalim. 
Adik-adik TPA selalu senang
ketika mendengarkan cerita. Selain kisah Nabi Musa, aku menceritakan kepada
mereka kisah Nabi Ibrahim dan anaknya Ismail, nabi Isa, kisah Bilal bin Rabbah
yang menjadi orang pertama mengumandangkan azan, kisah Mush’ab bin Ummair
sebagai duta Islam pertama, dan kisah Qorun yang Allah tenenggelamkan hartanya
di perut bumi. 
Alhamdulillah ya, senang sekali
bisa berbagi cerita. Nah, setelah bersama adik-adik, biasanya aku dan teman-teman
yang mengajar di TPA sharing sama Ummi tentang banyak hal. Beberapa hari sih,
kami membehas tentang perkuliahan. 
Biasanya, tidak beberapa lama
kami berbincang abah datang untuk ikut nimbrung cerita-cerita. Nah, beberapa
hari ummi dan abah seperti ‘kepo’dengan dunia mahasiswa. Maklum, mereka belum
pernah merasakan perkuliahan. Anak-anaknya pun masih duduk di bangku sekolah. 
Aku memperhatikan pancaran dari
matanya, bahwa mereka sangat menginginkan anak-anaknya untuk dapat kuliah.
Salwa nama anak terakhir Ummi dan Abah. Ungkap mereka bahwa Salwa adalah anak
yang paling berbeda dari kakak-kakaknya. Dia anak yang pintar karena rajin
belajar. Ia pun sudah beberapa kali mendapatkan juara Musabaqah Tilawatil Quran
hingga Kecamatan..Yang disayangkan adalah, tidak ada kesempatan Salwa untuk
melanjutkan kompetisi di tingkat Kabupaten.
Mulai dari cara daftar kuliah,
cara ngurus memulai perkuliahan, tempat tinggal,biaya hidup, dan masih banyak
hal-hal kecil yang mereka pertanyakan. Kami pun mengerti arah pembicaraan Ummi
dan Abah. “Di kuliah juga ada beasiswa kok Ummi. Banyak malah, tersedia di
kampus. Ada yang dari pemerintah, instansi, dari UINnya langsung pun ada.” “Terus kalau mau dapat beasiswa
itu gimana caranya? Tau informasinya gimana?” 
“Biasanya nanti juga ada kok, mi
informasinya kalau udah kuliah. Informasi itu suka muncul setelah kita udah
punya Nomor Induk Mahasiswa. Suka muncul di sistem Mahasiswa info-info
beasiswa.”
Aku memperhatikan dalam-dalam
tatapan kedua orang tua yang berada di hadapanku. Aku seperti menemukan mutiara
di desa. Mutiara itu adalah harapan besar orangtua yang menginginkan anaknya
untuk lebih baik dari orang tuanya. Mereka yang ingin bersusah payah bekerja
demi kesuksesan anak-anaknya. Ingin anaknya mampu keluar dari wilayah yang
selama ini dijalani oleh orang tua mereka.
“Mi,ada juga kok beasiswa untuk
anak-anak yang menghafal Alquran. Kakak kelas Sarah juga ada yang hafiz 30 Juz
dapat beasiswa di UIN.” Kemudian aku membesarkan mereka sekaligus memberikan motivasi
kepada Salwa yang duduk manis mendengarkan percakan kami dengan orangtuanya.
Salwa masih duduk di Sekolah Dasar kelas dua. Jadi,masih banyak kesempatan
Salwa untuk mempersiapkan hafalan jika ingin beasiswa Tahfiz.
Bersyukur sepanjang berbicara yang
aku lakukan. Terima kasih kepada Allah yang telah memberikan kesempatan aku
untuk menjalani perkuliahan hingga saat ini. Ini adalah anugerah terindah yang
Allah berikan kepadaku dan ummi. Karena, aku pun memiliki perjuangan tersendiri
hingga bisa duduk di bangku kuliah. 
Untuk kita para aktivis dakwah,
jangan pernah putus asa atas rahmat Allah. Karena, sudah terlalu banyak nikmat
Allah yang Dia berikan walaupun kita tidak meminta atau berharap untuk diberi.
Kadang kala,kita tidakmenyadari atas nikmat yang Allah berikan saking kita
bahagia, saking kita dapat menjalani kehidupan yang mulus-mulus saja.
nayatanya, sangat banyak sekali yang ingin mendapatkan kesempatan seperti yang
kita  jalani saat ini. 
Jangan pernah sia-siakan peran
orangtua kepadamu. Apalagi bagi orang tua yang berjuang sendirian. Kita harus
punya pencapaian istimewa untuk membuat bangga mereka karena memiliki anak yang
bermanfaat. Bersyukurlah sebanyak-banyaknya
bersyukur, seperti kita mengharapkan kebahagiaan setiap hela nafas kita.

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »