Dariku, Seorang Kakak yang Berusaha Menjadi Sosok Ayah untuk Kedua Adik Laki-laki

Duha tadi aku benar-benar menangis. Menangis keras, hingga sembabnya belum hilang sampai Isya. Bekas lelahnya belum sirna semua. Pagi ini aku benar-benar menangis setelah berusaha menyelesaikan tilawah 1 juz. Aku tilawah Al Quran di atas kasur, lalu kurebahkan badanku menghadap langit-langit kamar.

Seketika saja pikiranku fokus pada nasib adik-adikku di tengah zaman yang semakin tak waras. Pikiranku pada Ummi yang harus berjuang mendidik anak-anaknya seorang diri. Aku? Aku Kakak dengan dua adik-laki-laki yang sedang mencari kehidupan, jati diri mereka.

Aku berusaha sekuat mungkin di hadapan Ummi, walau aku belum tau bagaimana seharusnya diri ini bisa menjadi pengganti sosok Ayah untuk adik-adikku.

Berat sekali. 

Aku semakin menangis mendekap Al Quran yang masih terbuka di pelukan. “Ya Allah, bantu Sarah.”

Akhir-akhir ini aku dihadapkan oleh kasus ‘sexual consent’. Modul pembelajaran edukasi sex berkedok sex bebas sudah menjamur, bahkan sejak 2016. Aku melihat video anak-anak berumur 11 tahun yang menyaksikan laki-laki telanjang di dalam studio dengan alasan sedang belajar tentang sex. 

Aku benci berita-berita perempuan yang tubuhnya diperjual belikan dan dianggap ‘gak papa’ cuma karena sudah ada perjanjian! Biadab! Aku benci! Aku benciii! 

Apakah mereka tidak memikirkan bagaimana rusaknya generasi bangsa dengan pendidikan sex bebas? 

Aku sebagai seorang Kakak yang berjuang menyelamatkan adik-adikku, berusaha keras menjadi sosok Ayah, merasa tak berdaya dengan semua ini! 

Aku sakit hati dan kecewa!

Mau dari arah mana lagi ngerusak generasi? 

Allah

Share the Post:

6 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »