Dengarkan Aku Hujan

Normal
0

false
false
false

EN-US
X-NONE
AR-SA

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt;
mso-para-margin-top:0in;
mso-para-margin-right:0in;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0in;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:”Times New Roman”;
mso-fareast-theme-font:minor-fareast;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;}

Awal bertemu memang tak pernah tahu
kau dan aku akan menjadi kita. Sapaan paling dahsyat diantara aku dan kamu saat
itu hanya “apa kabar?”. Aku adalah orang yang periang. Kau pendiam. Kita bisa
saling melengkapi dengan sifat yang berbeda. Tak pernah tahu diam-diam kau
memperhatikanku. Kau hebat. Sampai aku tak pernah tahu mata kau setiap detik
memperhatikan aku. Seperti detektif tanpa kaca pembesar. Yang membesarkan kau
untuk memperhatikan aku adalah hati mu. Rasa itu.
            Suatu hari
ada kesempatan dimana aku dan dia berada dalam satu kelompok musik persyaratan
Ujian. Jangka waktu kurang lebih satu bulan kita kerja keras,latihan bersama. Secara
otomatis kita berada pada tempat dan waktu yang sama. Awalnya biasa. Lama-lama
perhatian. Terasa bergetar di hatiku. Ke geer-an. Akhirnya…ah! Terperangkap
juga di hatinya.
            Awalnya
sms-an. Intensif. Dan pada suatu malam dia memberanikan diri untuk menelponku.
Memainkan gitar untukku. Disitulah awal aku terjerembab dalam cinta. Rasanaya
resah jika tak ada kabar darinya. satu jam,menit,hingga detik aku tak sanggup.
            Kita hanya
satu tahun bisa bersama. Bersama untuk fisik. Tak pernah lagi pandanganku
melihat indah sosoknya. Alangkah sedihnya. Kita berjauhan, tapi tetap, dari
jauh dia menguatkan dengan cinta. Aku lemah. Dia akan selalu menjagaku dari
jauh. Aku tak sanggup. Dipaksa. Terpaksa. Bersabar. Hingga akhirnya aku mampu
untuk bertahan 3 tahun. Kita masih menjalin komunikasi. Tapi selama 3 tahun itu
kita tidak terikat dengan status pacaran. Walau begitu kita saling berjanji
untuk menjaga hati satu sama lain.
            Aku merasa
berada di titik jenuh. Di sekelilingku pasangan yang sedang jatuh cinta dapat
semaunya bertemu. Karena ada pada satu tempat dan waktu. kapanpun mereka
bertemu. Aku jemu dengan suasana ini. Iri. Mungkin ya aku iri. Tapi apa langkah
yang harus aku ambil ? menjauh darinya lalu mencari yang bisa aku jadikan teman
spesial yang tiap waktu bisa bertemu?. Ada sosok yang tipenya organisator.
Diam-diam juga memperhatikanku sama halnya seperti dia yang awal jatuh cinta
menggunakan kaca pembesar hatinya. Aku ingin Raihan ada di sampingku saat itu.
Saat Zaki datang membawa cinta padaku dengan berjuta cara. Akhirnya aku
terlena. Sembunyi-sembunyi aku intensif komunikasi denga Zaki, tapi masih
memperdulikan Raihan. Aku jatuh di anatara dua hati. Alangkah jahatnya aku.
Jika Raihan dan Zaki tau bahwa aku tidak mencintai mereka secara utuh, mereka
berdua pasti akan kecewa. Aku meminta waktu senggang Zaki untuk berbicara
serius. Aku mengatakan padanya jika sebelum hingga saat ini aku dekat dengan
Raihan. Aku merasa bersalah karena tidak bisa memfokuskan hati ini untuk Zaki.
Zaki telah mengetahuinya. Zaki adalah teman dekat Darris yang juga teman lama
Raihan. Zaki tak mempermasalahkan itu. Zaki dan aku juga tidak diikat dengan
hubungan pacar. Kalau Zaki kecewa denganku, kita tak bisa putus karena kita
bukan sepasang yang memiliki janji untuk menjadi pacar. Zaki ingin kita
berlanjut untuk berkomunikasi layaknya pasangan yang berpacaran. Zaki ingin
melakukan hal denganku yang mungkin tak bisa dia lakukan nanti. Itulah alasan
Zaki untuk mempertahankan hubungan tanpa status ini.
            Raihan.
Semenjak hati ini terbagi dengan Zaki, aku lebih menjadikan Raihan pengganti
saat Zaki sibuk dengan urusan organisasinya. 3 tahun Raihan bersamaku, dia
mengetahui perbedaan sikapku. Aku angkat bicara untuk jujur padanya. Aku tahu
rasa kecewa pasti tersirat pada hatinya. Lagi-lagi dengan kebijaksanaannya, dia
masih saja percaya dan mengamanhkan hatinya untuk terus dijaga pada hatiku.
Hingga akhirnya aku berada di titik puncak kegalauan.
            Sore itu
turun hujan kecil. Aku berjalan pelan. Sangat pelan. Langkahku kalah dengan tetesan
hujan yang semakin deras. Tapi aku membiarkan hujan mengalahkanku untuk
melangkah. Aku menangis. Karena saat hujan deras datang,ketika aku menangis,
tak ada seorangpun yang mengetahui. Kecuali Dia. Yang menggerakan hujan hingga
tetesannya menyadarkan untuk berlalari agar cepat sampai tempat perlindungan.
Tapi aku tak peduli. Petir menyambar. Seakan itu adalah kutukan karena telah
membuat luka di hati Raihan yang telah lama setia. Aku menangis. Semakin deras.
Tangisanku tak ingin kalah derasnya, walaupun langkahku kalah.
            Sampai di
rumah tak banyak suara yang aku keluarkan. Hanya salam. Melihat ibu sedang
sibuk dengan laptop dan skripisinya, jadi tak perlu khawatir pulang dengan
keadaan basah kuyup dan bekas tangisan dipipi dan mataku. Tak usah membuang
energi untuk memberikan alasan kenapa basah kuyup dan keadaan wajah yang
lembab.
            Malamnya
menggigil. Suhu badan naik. Sakit fisik, tambah lagi batin yang berkecamuk. Aku
mengecewakan dua laki-laki yang baik hatinya dengan dua latar belakang yahng
berbeda. Aku tak lagi kuat. “Raihan?” aku sms raihan pertama kali. Lalu “Zaki?”
. yang balas sms pertama kali adalah Zaki. “Aku ingin berbicara soal hubungan
kita”. Tak lama aku mengirim sms pada zaki, handphoneku bunyi dan bergetar.
Panggilan masuk dari Zaki. Zaki memang tipe orang yang kekhawatirannya lebih tinggi.
Seringkali dia menghubungi lewat telpon jika ada yang dia anggap penting.
            “Hallo,Zaki
?”
            “kamu mau
ngomong apa Ray?”
            “sebelumnya
Raynia mau minta maaf sama Zaki kalau….”
            “Kalau
apa?”. Selalu saja tingkat penasaran Zaki muncul.
            “aku mau kita gak usah deket lagi.
Kita gak usah smsn lagi. Cukup sampai disini aja. Aku pikir kalau kita terus
smsn dan berkomuniakasi,aku udah mengecewakan dua hati. Kamu dan Raihan”
            “aku
sudah tau akan ada waktu dimana kamu akan mengatakan itu. Dan aku siap. Aku
telah mempersiapkan diri untuk ini. Gapapa ko Ray, Zaki ngerti. Jadi Ray plih
Raihan?”
            Pertanyaan
zaki membuatku tak bisa berkata-kata. Air mata meleleh. Hatiku menjerit.
Maafkan aku Zaki.
            “tidak Zaki. Aku akan meninggalkan kamu dan Raihan. Tak adil
rasanya bila aku menyakitimu sedang aku memilih Raihan.”
            Belum sempat
Zaki angkat bicara, sms Raihan datang. Datang disaat pembicaraan aku dan zaki
berada dipuncak pembahasan.
            “Ada
apa Ray? Maaf aku telat balas. Baru saja sampai rumah, dari studio musik.”
            Aku hanya
membaca sms dari Raihan dengan alasan yang sering dia berikan padaku. Karena
kesibukan bermain musik. Aku menomorduakan sms dari Raihan,karena aku pikir
pembicaraan dengan Zaki yang harus aku selesaikan terlebih dahulu.
            “Tak perlu kamu lakukan itu Ray, kamu dan Raihan sudah
lama dekat. Sebaikanya kamu kembali saja pada Raihan. Aku baik-baik saja.” Zaki
menangis, tapi berusaha menyembunyikan.
Aku tau dari perubahan intonasi
suaranya. Aku adalah cinta pertama Zaki. Berarti itu artinya aku adalah
perempuan pertama yang membuat dia sakt hati.
            Pembicaraan
aku dan Zaki panjang. Pada akhirnya aku menjauh dari Zaki. Dan denga Raihan.
Lama aku tak membalas sms Raihan. Aku bingung. Raihan adalah cinta pertamamku.
Begitu juga aku. Aku adalah cinta pertama Raihan. Antara meninggalkan Raihan
atau tidak. Aku pikir ulang, lanjut atau tidak adalah hakku. Tapi kembali
mengingat pembicaraan aku dengan Zaki. Bahwa aku tidak akan memilih keduanya
dengan dalih akan berbuat adil.
            Raihan
menelponku. Aku angkat tapi tidak langsung angkat bicara,
            “Dek”
Raihan angkat bicara dengan sebutan yang biasa kita pakai. Aku memanggilnya
dengan sebutan kakak.
            “ka, maafin aku ya. Tadi Zaki
menelponku, aku sudah memutuskan untuk tidak lagi komunikasi dengan Zaki. Tapi
ka..”
            “Tapi apa
dek? Jujur saja pada kaka”
            “Bukan
berarti aku memilih kakak untuk terus bersama. Aku ingin bersikap adil pada
Kakak dan Zaki. Kita tak usah lagi berkomunikasi intensif, seperlunya saja.”
            “yasudah..
tapi kaka mau Tanya tentang perasaanmu pada kaka dek, apa masih ada rasa pada
kaka ? pada Zaki bagaimana ?”
            Sakit.
Sakit. Satu detik. Dua detik. Hingga lima detik. Aku terdiam dengan
pertanyaannya. Maafkan aku untuk ke sekian kalinya Raihan.
            “Aku
masih menyayangimu. Bahkan saat aku bersama Zaki. Aku tetap menyayangimu hingga
detik ini. Maafkan aku karena tidak bisa menjaga hatimu dan janjiku. Tapi aku
harus pergi. Aku harus adil.”
            “Kita
masih tetap bisa menjadi teman. Jalani biasa aja. Kalau ada apa-apa kamu cerita
aja sama kakak ya dek. Tenang saja sama kaka dek. Kamu tetap jadi adek yang
kakak punya”
            “ya ka,
terimakasih”
            Panjang
lebar sudah pembahasan aku dan Raihan. Diakhri dengan ucapan terimakasih pada
Raihan. Raihan laki-laki yang hatinya lembut. Jarang menemukan sosok seorang
Raihan. Betapa tak rasionalnya diriku telah membuat hati Raihan sakit. Setalh
percakan malam itu, bayangan Raihan lebih             sering
datang. Aku rindu padanya. Aku ingin kembali seperti dulu. Saat aku belum kenal
dan jatuh hati pada Zaki. Tak pernah bertemu lagi. Tak pula kirim pesan. Hati
digerogoti rasa sakit karena rindu. Raihan. Di mana kau berada?. Aku ingin kau
kembali. Tak tahan rasanya aku terus begini. Menahan rindu. Makan,tidur. Segala
aktivitas rasanya pikiranku tak jauh dari sosok Raihan. Waktuku lebih banyak
bertemu dengan Zaki. Tambahlah sakit hatiku. Aku juga masih menyimpan rasa pada
Zaki,tapi hanya serpihan masalalu. Tidak lebih dari Raihan. Karena seringnya
aku melihat Zaki,  sering sekali aku
merasa cemburu karenanya. Zaki adalah tipe orang yang dekat dengan siapa saja
tak terkecuali dengan perempuan sekelasku. Itu yang membuat aku bertahan pada
rasa untuk Raihan. Raihan…Raihan…. Seringku berbisik dalam hati.
            Aku mulai
mendekati Raihan kembali. Aku tak peduli aku mengkhianati janji pada Zaki. Aku
memilih Raihan. Tapi tak ingin Zaki tahu. Aku coba dengan mengirim sms. “aku
rindu kamu kakak”. Balasan yang tak pernah aku duga dari seorang Raihan. Aku
tahu dia. Mungkin aku lebih tahu Raihan daripada keluarganya. Karena Raihan
adalah seorang pendiam. Ekstropert. Dia banyak cerita tentang masalah
pribadinya padaku. Bahkan leluarganya. Aku satu-satunya teman dekat Raihan. Aku
pernah jadi yang spesial. 
            “kakak juga.
Gimana kabarnya ? maaf kakak lagi malas smsn”
Memang sms yang tidak singkat. Tidak
sesingkat “oh” tapi aku tau Raihan. Selama aku kenal dia tak pernah balas
seperti itu. “Kakak juga kangen kamu dek”. Biasanya itu balasan Raihan saat aku
katakana rindu padanya.
Hari demi hari berlalu. Perubahan
Raihan semakin tampak. Aku takut semua ini adalah salahku. Akhir-akhir sebelum
Raihan berubah aku sering mengirim sms dengan isi yang mungkin lebih pedas dari
cabai rawit. Saat  Raihan tak balas
sms,marah. Saat Raihan lama balas sms,marah. Inikah balasanku dari Tuhan karena
telah sering menyakiti Raihan.
Akhir-akhir ini hingga sekarang, jika
rindu dengan Raihan selalu menangis. Tak henti-hentinya. Ingin memaksa Raihan
untuk kembali saja aku merasa tak berhak. Karena Raihan pergi karena
kesalahanku. Mempermainkan kesbarannya. Maafkan aku Raihan.
jika aku terdiam dan memikirkan kau,aku
berharap hujan datang. Karena aku ingat. Kau pernah mengatakan padaku
“Ceritalah pada hujan”. Aku akan bercerita pada hujan selama hujan tak pernah
berhenti menyapaku. Aku akan selalu titipkan salam pada hujan untuk dirimu.
Hujan akan menyuburkan bunga yang
telah kita tanam 3 tahun
. Akai ito.
Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »