Nabi palsu berjamur setelah Rasulullah wafat. Musailamah Al Kadzab dengan sombong menentang kepemimpinan Abu Baka. Musailamah memadamkan cahaya Islam dengan ancaman fitnah.
Tidak sedikit kaum Muslimin yang murtad sehingga terjadi kekacauan yang berujung perang Yamamah, yaitu perang antara kaum murtad dengan kaum Muslimin pada 11 Hijriah atau 632 Masehi.
Dari perang Yamamah merenggut sebanyak 700 orang, bahkan ada pula yang mengatakan lebih dari itu. Para sahabat yang hafal Alquran gugur di medan perang. Saat itulah Abu Bakar mengkhawatirkan musnahnya ayat-ayat Alquran karena para penghafal berguguran. Oleh karena itu, munculah gagasan menghimpun Alquran sebelum pertempuran terjadi lagi.
Zaid bin Tsabit, diberikan kepeercayaan oleh khalifah Abu Bakar untuk menghimpun wahyu Allah. Abu Bakar berkata, ‘Sesungguhnya Umar menemuiku dan berkata padaku, ‘Sesungguhnya banyak sekali para penghafal Alquran yang gugur dalam perang Yamamah. aku khawatir akan semakin banyak lagi yang gugur dalam perang-perang berikutnya. akibatnya, akan banyak bagian Alquran yang hilang bersama meninggalnya mereka. Untuk itu, aku mengusulkan agar Zaid membuat tim untuk menghimpun Alquran.’
Namun saat pertama Umar menyampaikan maksud dan tujuannya kepada Abu Bakar, ia sempat menolaknya karena hal tersebut belum pernah dilakukan oleh Nabi sebelumnya. Umar berkeras, ‘Demi Allah ini lebih baik.’ Umat terus mendesak Abu Bakar hingga Allah membukakan hatinya untuk menerima usulan Umar.
Zaid bin Tsabit mulai untuk menghimpun Alquran di tengah kondisi yang tidak lagi kondusif di antara para Muslimin karena bermunculannya Nabi palsu. Banyak ketakutan-ketakutan yang mencemaskan khalifah karena kondisi umat Muslim yang tidak aman. Ia sedih dan merindukan Rasulullah karena baru pada masanya ada Nabi palsu.
Zaid bin Tsabit berhasil menghimpul Alquran. Kemudian amanah untuk dijaganya lembaran lembaran ayat suci kepada perempuan mulia yang Allah muliakan. Bagaimana tidak, seorang yang menjaga lembaran berisi ayat suci pastilah oleh pilihan.
Hafsah binti Umar dipercaya oleh Abu Bakar untuk menjaga ayat-ayat Alquran yang dihimpun pada pelepah kurma dan lempengan batu. Ia menjaga amanah tersebut dengan baik hingga kepemimpinan Utsman bin Affan yang setelah kepemimpinan khalifah ke tiga Alquran dibukukan dan dikirim ke beberapa pelosok negara.
Bukan perempuan sembarangan yang dipercaya untuk melindungi suhuf Alquran. Hafsah adalah perempuan yang cerdas dan amanah, Ketika kebanyakan laki-laki dan perempuan yang tidak bisa baca tulis, ia adalah perempuan yang pintar dan kecintaannya pada ilmu. Bahkan, sejak ayahnya menjadi Khalifah setelah Abu Bakar wafat, ia sering dijadikan tempat bertanya soal hukum agama.
Ia juga menjadi istri dunia dan akhirat Rasulullah seperti Aisyah binti Abu Bakar. Menjadi perempuan zuhud dan sederhana. Hasrat hidupnya yang paling besar adalah mendekatkan diri kepada Allah dengan banyak berpuasa dan salat malam.
Abu Nu’aim berkata, ‘Wanita ahli puasa dan salat, selalu memandang dirinya tida berarti dan selalu mengevaluasi diri. Hafsah binti Umat bin Khatab, pewaris dan penjaga lembaran-lembaran Alquran. Semoga Allah meridhainya,’
Amanah adalah bentuk kecintaan Allah kepada makhluk-Nya. Nah. Sehingga berbahagialah bagi siapa saja yang diberikan amanah baik berupa kepercayaan di organisasi, amanah menjadi seorang anak, amanah untuk belajar, terutama amanah dakwah.
Dan amanah tidak melihat gander pula kan? Tidak melihat laki laki yang lebih sanggup mengemban amanah atau sebaliknya. Karena Allah melihat siapa yang mampu. Karena kataatan tidak dibedakan pula dari jenis kelaminnya. Hafsah adalah perempuan yang menjaga kekokohan akhlak sehingga ialah yang diberikan amanah untuk menjaga kumpulan ayat Alquran.