Grup WhatsApp Koordinator Wilayah Baik Berisik mendiskusikan projek bersama. Kami berencana untuk membuat buletin yang berisi tulisan-tulisan solidaritas untuk Palestina dan akan menyebarkannya secara serentak di berbagai wilayah.
Ismail Haniyeh mengeluarkan intruksi pada 29 Juli 2024. Tanggal 3 Agustus menjadi hari nasional dan internasional untuk mendukung Gaza dan para tahanan, dan aktivisme yang berkelanjutan sampai perang genosida terhadap tahanan dan rakyat Palestina berhenti.
Ia menyerukan partisipasi yang efektif dan massal dalam hari nasional dan internasional ini untuk membela para tahanan dan orang-orang di Jalur Gaza, untuk mengungkap kejahatan brutal pendudukan terhadap mereka, dan untuk mendukung hak-hak dan keadilan mereka.
Kabar itu aku dapatkan pada 30 Juli 2024 pukul 5.45 PM, tak ragu aku mengajukan diri untuk berkontribusi dalam menulis artikel. Di tengah agenda kantor yang cukup padat, aku mencoba berpikir apa yang bisa aku sampaikan untuk projek buletin ini. Kekuatan masyarakat Indonesia dalam gerakan boikot dapat menjadi bentuk solidaritas untuk warga Gaza dan Palestina. Hingga tengah malam aku mencoba tuangkan ide ide dilanjut sebelum subuh.
Tepat di pagi hari sekitar pukul tujuh tanggal 31 Juli, aku kembali ke Jakarta dari Sukabumi untuk melakukan agenda pengendalian tembakau. Di perjalanan, aku masih mengedit beberapa masukan untuk artikelku. Lalu, kami menerima kabar duka yang sangat dalam. Hatiku sungguh terhantam. Kiriman poster berita syahidnya pemimpin tertinggi Hamas, Ismail Haniyeh Rahimahullah. Sontak aku terdiam beberapa lama. Hanya terdiam tanpa memikirkan apapun. Hening. Pemandangan kiri-kanan dengan perbukitan yang indah terasa hambar. Sambil menggenggam handphone, layarnya masih pada pencarian referensi laporan Brands and Politics dari Cina.
Beliau Rahimahullah syahid sekitar pukul dua dini hari di kediamannya, Taheran setelah menghadiri perayaan pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian. Kabar dari media Iran, bahwa beliau dibunuh melalui rudal zionis Israel yang diluncurkan dari satu negara ke negara lain dan bukan dari dalam Iran. Hingga detik ini, belum ada penjelasan lebih jauh mengenai peristiwa ini.
Kini, pemimpin yang memenangkan Hamas pada pemilu 2006 telah menjemput syahid. Ia adalah sosok yang ditakuti oleh zionis Israel. Beberapa kali Allah selamatkan ia dari percobaan pembunuhan. Rasanya ingin sekali berita ini hanya sekadar mimpi. Tapi, apa hak kita menghalangi kesatria yang mengimpikan surga, yang sudah dicita-citakan kembali dalam kesyahidan.
Percayalah, syahidnya Ismaeil Haniyeh Rahimahullah adalah permulaan munculnya miliar kekuatan Ismail Haniyeh lainnya. Aku yakin, kesedihan ini hanyalah sesaat, karena telah lahir optimisme yang jauh lebih besar dari rasa kehilangan. Aku membaca firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 154 yang begitu indah, “janganlah kamu mengatakan bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah (mereka) telah mati. Namun, (sebenarnya mereka) hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya.”
Maka, semangat meneruskan perjuangan pembebasan bertambah jutaan kali lipat. Misi-misi perjuangan harus terus hidup dalam jiwa-jiwa kita. “Wahai pemimpin kami, intruksi terakhirmu akan kami tunaskan. Dan akan kami jemput pula rasa rindu; mati dalam tenang dan kesyahidan.”
Bogor, 1 Agustus 2024