Jika Aku Futur, Jangan Tinggalkan Aku!

 Umar bin Khathab radhiallahu’anhu mengatakan: “tidaklah aku
mendapat nikmat yang lebih baik dari nikmat keislamanku selain nikmat memiliki
saudara (semuslim) yang shalih. Jika kalian mendapatkan hangatnya persahabatan
dari saudaramu sesama muslim, maka peganglah erat-erat hal itu.”


Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha
Penyayang. Dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 12 Allah SWT berfirman yang artinya:
Maka tetaplah kamu (pada jalan yang
benar), sebagai mana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah
bertaubat bersama kamu. Dan janganlah kalian melampaui batas. Sesungguhnya Dia
Maha melihat apa yang kalian kerjakan.” 

Sahabat, pernah mendengar kata
Futur? 

“Pada satu waktu, ketika sedang
merasakan futur karena lelahnya agenda yang padat merayap; mulai dari tugas
organisasi, akademik, dan mengajar, diri ini terasa sangat lelah dan
muak dengan agenda-ageda tersebut. Rasanya ingin keluar dari semua grup di Whatss App” 

“Saat bulan Ramadhan tiba, aku
sangat bergiat dalam menambah amalan yaumiyyah. Yang biasanya tilawah satu hari
satu juz, saat Ramadhan minimal sehari 3 Juz. Diawal Ramadhan tilawah aku
berjalan lancar, tetapi saat diakhir aku malah malas, dan terpikirkan kalau aku
masih ada pahala saat membaca tiga juz
 dalam
sehari yang pernah lalu” 

“Sekarang aku lebih sibuk sama tugas
akademikku. Muroja’ah hafalan males.”

Berbagai macam cerita kerabat dan
tentunya yang dialami diri sendiri banyak macamnya, terutama yang dialami oleh
pribadi: Amanah yang katanya lillah ko malah jadi bikin lemah? Itulah
alasan mengapa kita harus selalu meng-upgrade niat dan memperbaharuinya setiap
saat. 

Futur? Apa itu futur?
Sejak aku mentoring di perkuliahan, aku baru mengenal
makna futur, padahal sejak dulu secara tidak langsung  diriku
sering dilanda futur. Hanya saja belum mengenal kata futur. Futur yang aku
fahami artinya, secara sederhana adalah kondisi dimana seseorang berada pada
titik malas, jenuh, tidak nyaman dengan suasana hati yang biasanya dimulai dari
ibadah yang kendor dari awal yang ibadahnya getol; karena kelelahan jadinya molor.
Saat dilanda kefuturan, betapa sulitnya untuk membangkitkan kembali
semangat menjalankan amalan yaumiyyah. Oleh sebab itu, saat aku futur aku
mencari solusi dari orang sekitarku. Aku membuat status Whatss App: “Bagai
mana cara kamu mengatasi futur? Share dong!” 

Saat aku menghadiri acara konsolidasi Solidaritas
Peduli Jilbab batch 5 JaBoDeTaBek di sekolah alam, Bogor aku mendapatkan ilmu
tentang futur: “kalau futur jangan mundur, nanti malah babak belur!”
dan solusi sederhananya adalah jangan berdiam diri! Kita bisa ceritakan pada
teman terdekat kita tentang kondisi kefuturan, agar ada yang mengingatkan.
Bukan malah mengasingkan diri jauh dari pergaulan teman-teman. Itulah alasan
kenapa aku mencoba untuk bertanya melalui status WA, dan Alhamdulillah tidak
sedikit yang merespon. Kebanyakan dari mereka malah balik menceritakan
pengalaman saat mereka futur dan solusi yang mereka lakukan untuk mengatasinya.
Nah, di sinilah aku ingin berbagi hasil dari obrolan santai aku dengan
teman-teman tentan penanganan futur.

Ada yang ketika futur ingat ayat Al-Qur’an surat
Muhammad ayat 7: “Wahai orang-orang beriman! Jika kamu menolong (agama)
Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” Maa
Syaa Allah ya, saat futur saja ingatnya ayat Al-Qur’an! Jadi penasaran, segetol
apa ibadahnya saat tidak futur hehe.
Memiliki sahabat yang salih juga
merupakan cara agar istiqomah kita terjaga
, maka temanku yang satu ini
menjadikan teman di sekitarnya menjadi motivasi agar tetap terjaga dalam
kebaikan.  

Bahkan nih, aku memaksa salah satu teman untuk
menjawab pertanyaanku, dan katanya, “sampai saat ini aku belum tau
jawabannya. Kita punya pertanyaan yang sama.” Parah! Parah banget! saking
futurnya aku gak tilawah dalam sehari satu juz pun! “Ay, kadang aku suka
sebel sama diriku sendiri!” (maklum ya, tau kan kalau sesama perempuan
kalau udah jauh kenal manggilnya ‘ay’, ‘beb’, ‘say’ beda sama laki-kali haha
abaikan)
. “Aku jarang bangun tahajud, karena suka tidur kemaleman. Itu
yang aku benci banget!” dan dia pun sadar, katanya: Tau ga sih,
kita bakal ngadepin akhirat yang perjalanannya bener-bener panjang. Aku
takut
.” 

Temanku ini, saat dia futur pernah bermimpi yang
membuatnya sangat takut dengan ancaman Allah. Saat itu dia benar-benar
diperlihatkan di mana manusia  ‘dicemplungkan’ pada api yang sangat panas.
“Entah itu gambaran di mana, tapi aku merasa takut dengan akhiratku
nanti.” Mungkin itu merupakan teguran dari Allah, dengan cara itulah dia
bisa bangkit dari kefuturannya. Beruntung sekali Allah mengingatkan hamba-Nya
agar tetap pada jalan kebaiakan, tapi seringnya manusia ‘bandel’ sama titah-Nya
dan rasul-Nya. 

Kalau lagi
futur gue inget jaman-jaman gua baru hijrah. Apa alasan gua bisa senikmat itu
bermunajat kepada Allah? Tapi lumayan butuh waktu sih buat bangkit.”
Memang ya sahabat, hijrah lebih mudah daripada istiqomah. Ada tipe temanku yang
pendiam. Dia bilang kalau mau cerita ke temannya ketika dia lagi futur merasa
percuma, karena dia tau temannya sedang berada pada posisi yang sama; futur!
“Seharusnya sih gua yang bisa jadi orang yang ngajakin jangan jadi yang
diajak mulu. Tapi apa daya, gua orangnya pendiam.” Dan diakhir percakapan
kami, dia memberikan closing steatment: Kita harus intropeksi diri, siapa
tau ada do’a kita yang salah. Seringnya kita meminta dipertemukan dengan teman
yang mengajak kebaikan bukan sekaligus yang membuat kita istiqomah
.
“Gue punya banyak temen yang ngajak gua pada jalan kebaiakan, tapi..”
Tapi yang mengajak untuk Istiqomah, menurutnya belum dia temukan. 
  

“Allah sudah kasih hidayah. Salah satu hidayahnya adalah taufik. Kalau kamu futur mulu, gimana mau jemput taufik?”

 Nah, ada jawaban berbeda nih dari salah satu teman yang respon dari status WA. “Bagai mana cara kamu bangkit dari futur?” jawabannya adalah, “Makan yang enak-enak yang aku suka dan biasanya rela gak liat harga.” Dia pun menambahkan, cara untuk merasa lebih baik dari kefuturan adalah mandi komplit; sikat gigi, facial, keramas, dan body soap.  Dengannya aku bercerita kondisiku yang lelah, tapi anehnya: “Pernah gak sih kalau bilang cape, terus ditanya kenapa merasa cape, tapi kita gak tau kenapa bisa cape?” Nah, setelah dipikir ulang olehnya, kita terlalu cape karena terlalu banyak tuntutan yang akhirnya jadi males untuk melakukan apapun. Tentang tuntutan, tapi aku merasa tuntutan itu datang karena diri sendirilah yang mengundangnya untuk datang: itulah dilemanya! Sering kali, kita terlalu memporsir diri dengan hal yang sebenarnya diri sendiri pun tidak sanggup melakukannya karena masih ada hal yang lebih penting yang harus segera diselesaikan. Dan nasihat darinya, “sabar! Kamu hanya butuh pelampiasan yang tepat.”


Pernah pada suatu hari, di kosan (sendirian) berada pada kejenuhan. Buka handphone bosen, baca buku males, mau tidur gak ngantuk, tilawah merasa berat untuk memulai, dan pada akhirnya aku memutuskan untuk keluar kosan dan makan makanan kesukaan yang biasanya makan bareng Ummi di rumah. Ya, memang ada rasa tersendiri saat makan, walaupun makan sendiri sih, gak sama Ummi hahaha. Setelah makan dan sampai kosan terpikirkan untuk melakukan sesuatu yang sejak lama diniatin (selama ini baru niat ya, eh tapi gapapa kan niat juga berpahala wkwkw). Melakukan sesuatu yang meningkatkan mood setelah makan, jadi tilawahnya dimulai saat setelah selesai membuat ‘tugas pribadi’ dan malah setelah itu menggarap beberapa tugas pribadi sampai bablas gak tidur. 

Jadi, memang setiap orang punya cara untuk mengatur dirinya. Awalnya memang sulit menemukan ruang untuk diri sendiri tetapi ketika sudah menemukan ruang itu masalah seberat apapun akan mudah diterima, ya walaupun cukup menerima (dulu), setelah itu kita harus menyadari bahwa ada teman yang mau untuk menjadi tempat berbagi. “Nikmati saja dulu kefuturanmu, tapi jangan lama-lama nikmatinnya karena akan ada banyak hal istimewa yang terlewatkan.”


Perbanyak berdo’a kepada Allah yang Maha Membolak-balikan hati hamba-Nya: “Yaa muqollibal quluub tsabbit qolbii ‘alaa diinik wathoo’atik.” Dan jangan sampai, ada waktu kendor yang setan bisa masuk merusak waktu. Jangan jauhkan diri dari teman-teman yang salih, yang mereka tidak akan meninggalkanmu dalam kondisi apapun. 



“Waktu aku futur, aku bilang sama sahabat taatku. Aku jujur saja kalau aku futur, dan dengan sigap dia menopang diriku. Mengorek-ngorek penyebab kefuturanku, dan memutuskan tali penyebab itu sehingga aku bisa menyadarinya. Karena sering kali, kita sulit mengetahui permasalahan diri kecuali orang lain yang menunjukannya.”


Futur merupakan hal yang manusiawi. Jangan terlalu cemas dengan kefuturan, karena dengan mencemaskan kefuturan sulit menemukan jalan keluar. “Kamu punya mereka, kamu punya diri sendiri yang mampu memahami dirimu. Mulai sekarang, kamu harus buat target-target kecil bermanfaat setiap harinya.” 


Katakan pada sahabat shalihmu, “Jika aku futur, jangan tinggalkan aku!” 

Normal
0

false
false
false

IN
X-NONE
X-NONE

/* Style Definitions */
table.MsoNormalTable
{mso-style-name:”Table Normal”;
mso-tstyle-rowband-size:0;
mso-tstyle-colband-size:0;
mso-style-noshow:yes;
mso-style-priority:99;
mso-style-parent:””;
mso-padding-alt:0cm 5.4pt 0cm 5.4pt;
mso-para-margin-top:0cm;
mso-para-margin-right:0cm;
mso-para-margin-bottom:10.0pt;
mso-para-margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:”Calibri”,”sans-serif”;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-language:EN-US;}

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »