Banyak sekali untaian kisah yang
menjadi cerita pada judul ini. Sebenarnya mereka itu siapa? Mereka adalah
akhwat-akhwat tangguhku yang mewarnai perjalanan dakwah di LDK. Mereka adalah
garda terdepan yang menjadi jawaban-jawaban atas permasalahan yang terjadi. Responsif
dan cepat tanggap. Sebab merekalah, aku menjadi diri sendiri. Kami sering
mengoreksi diri masing-masing dengan terbuka, dan tanpa perjanjian kami tidak
pernah sakit hati ketika dikoreksi, karena kami yakin apa yang dibicarakan
adalah untuk membangun diri dan kebaikan untuk ke depannya.
Kami memang berbeda divisi, tetapi
jika satu divisi memiliki permasalahan kami semua turun tangan. Jangankan untuk
meminta pertolongan, bahkan sebelum “tolongin dong” mereka sudah bertanya “apa
yang harus aku bantu?” karena sejatinya LDK adalah kami, bukan dipisahkan oleh
divisi-divisi.
jika satu divisi memiliki permasalahan kami semua turun tangan. Jangankan untuk
meminta pertolongan, bahkan sebelum “tolongin dong” mereka sudah bertanya “apa
yang harus aku bantu?” karena sejatinya LDK adalah kami, bukan dipisahkan oleh
divisi-divisi.
Sejujurnya, dari merekalah pertama
kali aku memiliki keterikatan hati yang kuat. Walaupun pada perjalanan kami,
timbul ungkapan “Ukhuwah tertinggi adalah bully!” mengalahkan itsar (hahaha). Memang
pada kenyataannya, dengan bulliying kami menjadi mengenal lebih jauh
masing-masing diri, dan tidak pernah ada sakit hati di antara kami.
kali aku memiliki keterikatan hati yang kuat. Walaupun pada perjalanan kami,
timbul ungkapan “Ukhuwah tertinggi adalah bully!” mengalahkan itsar (hahaha). Memang
pada kenyataannya, dengan bulliying kami menjadi mengenal lebih jauh
masing-masing diri, dan tidak pernah ada sakit hati di antara kami.
Kami beberapa kali menciptakan waktu
untuk berkumpul bersama pada suatu malam untuk sharing; permasalahan divisi,
tugas kampus, kabar keluarga, hingga cita-cita. Bermalam hingga fajar,
sebelumnya kami shalat disepertiga malam. Hingga rasanya aku ingin malam
berjalan lama agar matahari enggan datang, karena malam itu terlalu indah untuk
ditinggalkan; malam itu menciptakan kekuatan.
untuk berkumpul bersama pada suatu malam untuk sharing; permasalahan divisi,
tugas kampus, kabar keluarga, hingga cita-cita. Bermalam hingga fajar,
sebelumnya kami shalat disepertiga malam. Hingga rasanya aku ingin malam
berjalan lama agar matahari enggan datang, karena malam itu terlalu indah untuk
ditinggalkan; malam itu menciptakan kekuatan.
Kalau bukan karena kepedulian
tentang ukhuwah dan dakwah, apa lagi alasan kami berkumpul malam itu? Merumuskan
regenrasi dalam estafeta dakwah, membicarakan strategi dakwah fakultas, saling
menguatkan dengan tangisan dan tawa yang yang menghiasi bercakapan dan
perbedatan kami.
tentang ukhuwah dan dakwah, apa lagi alasan kami berkumpul malam itu? Merumuskan
regenrasi dalam estafeta dakwah, membicarakan strategi dakwah fakultas, saling
menguatkan dengan tangisan dan tawa yang yang menghiasi bercakapan dan
perbedatan kami.
Seperti halnya dalam keluarga, ada
yang dituakan dan dikanak-kanakan, yang tidak ada adalah yang dibapakkan karena
tidak ada ikhwan di antara kami (hehehe). Ada penasihat terbaik di anatara kami, sebut saja
dia Kak Wan. Sepak terjang dakwahnya sudah melalang buana jauh di antara kami. Memang
sedikit menyebalkan ketika mempertahankan opininya, namun pendapatnya sering di
iya-kan. Ada juga Mbak Yu, sosok yang super sabar dan penyayang; sering menjadi
penengah ketika memecahkan permasalahan Komda, penyampaiannya tenang dan ruhiyyahnya
patut untuk dicontoh. Dik Pus dan Ka Nie, mereka adalah aktivis sospol yang
getol. Kekuatan mereka tidak perlu dipertanyakan, mereka yang sering
menggunakan malamnya untuk memikirkan kemaslahatan umat di kampus #eaa. Nuga,
siapa pula dia? Dia adalah sosok akhwat tangguh. Sahabat taat yang pertama kali
aku miliki sejak bertemu di lingkar mentoring pertama kali. Lalu Rela, yang Allah
siapkan untuk jiwa syiar yang menyenangkan. Dia yang membuat suasana di anata
kami tergelitik dengan tingkah yang konyol dan sedikit baperan (hehe). Dhea adalah
sosok penguat karena dia berada satu divisi denganku. Ia bergerak cepat dengan
laporan-laporan divisi sehingga mendorong diriku yang lambat dalam tugas
kesekretariatan. Hastin yang to the point, simpel, dan perhatian. Ani, dia
sosok yang baik hati dan responsif ketika di antara kami membutuhkan bantuan
dan sosok yang dewasa. Saliha dan Asih sosok yang tenang dan cerdas, dan Wani
akhwat yang tenang, baik, dan pengertian.
yang dituakan dan dikanak-kanakan, yang tidak ada adalah yang dibapakkan karena
tidak ada ikhwan di antara kami (hehehe). Ada penasihat terbaik di anatara kami, sebut saja
dia Kak Wan. Sepak terjang dakwahnya sudah melalang buana jauh di antara kami. Memang
sedikit menyebalkan ketika mempertahankan opininya, namun pendapatnya sering di
iya-kan. Ada juga Mbak Yu, sosok yang super sabar dan penyayang; sering menjadi
penengah ketika memecahkan permasalahan Komda, penyampaiannya tenang dan ruhiyyahnya
patut untuk dicontoh. Dik Pus dan Ka Nie, mereka adalah aktivis sospol yang
getol. Kekuatan mereka tidak perlu dipertanyakan, mereka yang sering
menggunakan malamnya untuk memikirkan kemaslahatan umat di kampus #eaa. Nuga,
siapa pula dia? Dia adalah sosok akhwat tangguh. Sahabat taat yang pertama kali
aku miliki sejak bertemu di lingkar mentoring pertama kali. Lalu Rela, yang Allah
siapkan untuk jiwa syiar yang menyenangkan. Dia yang membuat suasana di anata
kami tergelitik dengan tingkah yang konyol dan sedikit baperan (hehe). Dhea adalah
sosok penguat karena dia berada satu divisi denganku. Ia bergerak cepat dengan
laporan-laporan divisi sehingga mendorong diriku yang lambat dalam tugas
kesekretariatan. Hastin yang to the point, simpel, dan perhatian. Ani, dia
sosok yang baik hati dan responsif ketika di antara kami membutuhkan bantuan
dan sosok yang dewasa. Saliha dan Asih sosok yang tenang dan cerdas, dan Wani
akhwat yang tenang, baik, dan pengertian.
Bukan berarti tidak ada kekurangan
yang mereka dan aku miliki. Tentunya sebagai manusia yang tidak sempurna
memiliki khilaf dan kekurangan diri, namun itulah istimewanya mereka; saling menasehati dalam kebaikan sehingga kekuranganku bisa tertutupi
oleh mereka.Ssebab mereka itulah aku berani berjalan lebih jauh di jalan
dakwah ini. Terima kasih ukhties tangguh, semoga kebersamaan ini tak berakhir
hingga surga, ketika bercerai jasad dan nyawa.
yang mereka dan aku miliki. Tentunya sebagai manusia yang tidak sempurna
memiliki khilaf dan kekurangan diri, namun itulah istimewanya mereka; saling menasehati dalam kebaikan sehingga kekuranganku bisa tertutupi
oleh mereka.Ssebab mereka itulah aku berani berjalan lebih jauh di jalan
dakwah ini. Terima kasih ukhties tangguh, semoga kebersamaan ini tak berakhir
hingga surga, ketika bercerai jasad dan nyawa.