Beliau hadir di dunia pada tanggal 17 Januari 1973. Sejak kecil, ia sudah belajar dari kehidupan yang keras. Beranjak dewasa ia menjadi gadis yang cantik. Perawakannya yang ideal dan rambutnya yang tebal dan hitam sehingga ia pernah ditawarkan menjadi model iklan shampoo, tetapi ia menolak. Dia tumbuh menjadi seseorang yang pintar dan cerdas. Menghitung dan bahasa Inggris yang menjadi pelajaran favortinya. Ketika ia masuk Sekolah Menengah Atas, ia mendapatkan kehidupan remajanya yang tidak terlalu baik. Ia harus dihadapkan dengan proses hijrah yang sangat berliku. Karena kecantikannya, tidak jarang laki-laki mendekatinya; mulai dari yang satu kelas hingga kakak kelas yang juga dikaguminya. Namun itu semua berjalan berlalu setelah ia bertemu dengan wanita yang sudah mengenal agama lebih dulu darinya.
Ketika proses hijrah dimulai dibangku SMA, ia mengumpulkan uang untuk membeli sehelai kerudung putih untuk digunakannya ke sekolah. Ketika ia sudah memiliki kerudung tersebut, tantangan justru semakin mengancam dirinya. Orang tuanya melarang keras gadis itu memakai kerudung hingga mendapat ancaman akan dibakar kerudung hasil jerih payahnya menanbung untuk mendapatkannya. Gadis itu memutuskan untuk melepas kerudungnya. Ini merupakan hal tersulit; setelah kejadian tersebut, ia lebih sering berangkat ke sekolah ditemani ibunya melewati pasar. Saat ia berpisah dengan ibunya di pasar, gadis itu pergi ke toilet umum untuk menggunakan kerudung yang bawanya di dalam tas lalu bergegas menuju sekolah. Selain itu, ia sering sekali diam-diam pergi ke suatu tempat mengaji yang biasa disebut halaqoh.
Gadis itu beranjak dewasa. Ibu dan bapaknya memutuskan untuk menikahkan dia dengan sorang laki-laki dengan menjodohkan, padahal orang tuanya belum sangat mengenal sosok laki-laki tersebut. Dengan niat untuk berbakti kepada orang tuanya, gadis itu menerima perjodohan ini. Awal setelah pernikahan, terlihat dengan jelas sikap dan kepribadian laki-laki yang telah menjadi suaminya. Ini adalah hal yang paling menyakitkan ketika dia menceritakan, sehingga hanya Allahlah yang menjadi saksi hidupnya hingga hampir 20 tahun pernikahan. Tidak sedikit sekali dia mendapatkan kekecewaan dari suaminya.
Dia dikaruniai empat orang anak; dua laki-laki dan dua perempuan. Ketika dirasa perekonomian yang kurang mencukupi kebutuhan keluarganya, ia mulai membernaikan diri untuk mengajar private setelah dia lolos sertifikasi Al-Qur’an yang diikutinya di sebuah komplek perumahan dan tak terputusnya halaqoh yang dijalaninya saat SMA.
Dia dan suaminya memiliki jauh perbedaan. Dia harus bertahan pada kegiatan-kegiatan islam dan dakwahnya disaat kondisi suami yang tidak mencerminkan keteguhan hatinya dalam mendekatkan diri pada Allah. Hingga pada suatu hari, Allah memberikan jalan keluar dari kesabarannya. Setelah beberapa lama menunggu panggilan mengajar, Allah berikan kesempatan kepadanya untuk mengajar di Sekolah Islam Terpadu menjadi guru Al-Qur’an dan tetap menjalankan menjadi guru private. Uang penghasilannya membantu memenuhi kebutuhan anak-anaknya sehingga suaminya merasa cukup dengan gaji istrinya yang menjadikan dia merasa aman.
Karena kegigihannya dalam memperbaiki kondisi keluarga, dia mendaftarkan diri untuk melanjutkan kuliah S1 di Universitas Swasta di Bogor. Merupakan program beasiswa dari Kementrian Agama untuk guru-guru mata pelajaran agama yang belum memiliki gelar sarjana pendidikan. Kesempatan itu diambi olehnya dan dijalankan dengan baik. Kecerdasannya kembali diasah di bangku perkuliahan walaupun dalam kondisi sudah memilik empat orang anak. Diumur yang tidak muda lagi, dan kegiatan yang menumpuk, yaitu sebagai pendidik dan orang tua, dia masih giat mencari sumber buku untuk tugas kuliahnya, pergi ke rumah dosen untuk sharing, dan bahkan dia termasuk orang pertama dengan beberapa mahasiswa kalangan muda yang berhasil menyelesaikan skripsinya.Saat wisuda adalah saat yang membahagiakan baginya dan anak-anaknya. Setelah mendapatkan gelas Sarjana Pendidikan, ia mendaptkan jam mengajar lebih banyak dan itulah yang sangat membantu perekonomian keluarga sehingga dia mampu membeli sepeda motor untuk keperluan mobilitas mengajar privatenya.
Anak pertama dari dia dan suaminya adalah sosok gadis yang cerdas dan pemalu. Ia sangat mewarisi kecerdasan dari ibunya, sehingga beberapa kali anak gadisnya mendapatkan Juara Umum di Madrasahnya. Saat anak gadinsya menginjak kelas 3 Aliyah, kondisi keluarga mereka memburuk. Ketika Allah mentakdirkan untuk menyelesaikan hubungan dia dengan suaminya. Suaminya pergi tanpa kabar tujuanya. Namun dirinya beserta ke-empat anaknya tidak pernah mengkhawatirkan, karena anak-anaknya merasa ibunya adalah sosok yang dapat memenuhi kebutuhan sebagai ibu dan ayah.
Anak keduanya hanya berbeda dua tahun dengan anak pertamnya. Dia adalah sosok yang tegas dan lebih pemberani daripada kakaknya yang diam. Ketika kondisi ibunya sedang sulit dalam mengatur keuangan keluarga, dia tetap optimis untuk bisa kuliah di Universitas Negeri. Dia adalah sosok gadis pemberani yang sangat mencintai keluarga yang sudah tidak utuh lagi. Tahun di mana dia lulus Aliyah dia masuk Universitas Negeri jurusan yang diminatinya berbarengan dengan kakaknya yang masuk Pondok Tahfidz Al-Qur’an dengan beasiswa penuh.
Anak kedua yang pemberani itu, berjuang mendapatkan biaya untuk daftar ulang Univeristas dengan membuat proposal diri dan memohon restu dari ibunya. Atas izin Allah dia mendapatkan dua per tiga dari biaya kuliahnya dan setelah menjalani setengah semester dia mendapatkan beasiswa dan dikembalikannya uang yang telah masuk diawal.
Anak ketiganya adalah laki-laki. Ia memiliki rasa empati yang tinggi. Kelahirannya ketika orang tua mereka sedang berada pada kondisi perekonomian yang merosot. Selain memiliki empati yang tinggi, ia adalah laki-laki yang kokoh karena pada masa yang akan datang, setelah ia beranjak dewasa dia menjadi pertahanan keluarga menggantikan sosok seorang ayah.
Anak ke-empatnya adalah sosok laki-laki yang cerdas dan baik hatinya.
(to be continue)