Kenapa sih, Allah kasih ujian ke manusia? Untuk menjawab pertanyaannya, yuk kita cari tahu dulu sıfat-sifat ujian biar kita bisa mindfulness dalam menyikapinya. Setidaknya ada tiga nih teman-teman. Kita bahas, ya.
- Ujian untuk menyingkap
Yang perlu dibuka dari suatu ujian adalah untuk memperlihatkan pada diri kita bahwa ujian kita gak ada apa-apanya dibandingkan dengan ujian yang Nabi dan para Rasul alami. Kita jadi mendapatkan kabar positif bahwa ujian kita ringan dan akan ada ganjaran besar jika berhasil melaluinya.
Misalnya kita dapat penyakit yang bikin insecure, tapi mana ada sih orang di dunia ini yang lebih parah sakitnya dari Nabi Ayyub, yang punya penyakit kulit hingga diusir dari kampung halamannya? Seberapa besar ujian anak yang punya ayah durhaka hari ini, jika dibandingkan dengan ayah Nabi Ibrahim si pembuat patung yang mengusir Nabi Ibrahim karena gak mau menyembah patung? Solusi dan perbandingan besaran ujian dari pada Nabi dan Rasul inilah ajang untuk menangkap sinyal positif dari Allah. Lalu pertanyaannya adalah, ‘precaya gak, kalau ujian itu datangnya dari Allah? Percaya gak kalau Allah ada?’ Karena salah satu tujuan dari ujian adalah untuk mengenal Allah. - Ujian untuk mengangkat derajat
Apakah dengan ujian, membuat kita lebih hebat? Karena ujian, semestinya membuat kita semakin kuat dan lebih sabar. Ujian yang Allah kasih ke hamba-Nya bukan karena Allah gak suka atau Allah benci. Justru dengan ujian inilah kita buktikan pada Allah kalau kita bisa naik level.
Coba deh, kita cek ayat pertama di dalam Al-Quran surat Al-Fatihah. Sering kita baca, ‘بسم الله الرحمن الرحيم’. Ada dua sıfat dari nama Allah dalam ayat ini, yaitu ‘Ar-Rahman’ dan ‘Ar-Rahim’. Kalau dalam bahasa kita tahu artinya; Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Lalu, tahukah kita apa perbedaannya? Singkatnya, ‘Ar-Rahman’ itu berarti Allah memberi rezeki kapada seluruh makhluk tanpa terkecuali atau tanpa syarat yang ada batasnya, yakni sampai masa hidup kita selesai. Kalau ‘Ar-Rahim’, buat orang-orang tertentu melalui proses seleksi, namun unlimited alias tak terbatas. Artinya, buat orang-orang pilihan Allah aja. Oleh sebab itu, Rahimnya Allah masih sangat rahasia, dan ujian adalah proses seleksinya. - Ujian untuk memalingkan
Kadang, manusia harus dijeblosin dulu baru sadar, ya gak sih? Sehingga ujian yang datang mendorong kita ke arah yang lain, yaitu jalan taubat. Maka perlu kita sesali, jika kita mendapatkan ujian, namun tidak ada perubahan ke arah yang baik pada diri kita.
Gimana sama ketiga poin di atas? Langsung bercermin ke diri sendiri, sih ya. Sejauh hidup di dunia dengan segala ujian, udah sampai mana percaya bahwa semua itu adalah pelajaran berharga dari Allah untuk mengasah diri kita. Ternyata ada faktor-faktor seseorang mampu melampaui ujiannya, teman-teman. Pertama, adalah memohon pertolongan Allah; kedua, takwa; ketiga, sabar; keempat ihtisaban; dan kelima yaitu iman kepada takdir.
Yuk, kita bahas yang pertama, yakni memohon pertolongan Allah. Sederhananya, ujian itu datang dari Allah, maka rugi ketika kita tidak minta pertolongan juga ke Allah. Sadar gak, sih kalau kita sering banget interupsi ke Allah, “ya Allah kenapa aku, sih?”, “ya Allah berat banget ini, aku gak sanggup!”. Padahal, hal penting dalam menghadapi ujian adalah ketika Allah membersamai kita. Yuk, cek di dalam Al-Quran surat Al-A’raf ayat 128 yang artinya, “Sesungguhnya bumi (ini) milik Allah. Dia akan mewariskannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Kesudahan (yang baik) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” Mau bagaimanapun benutuk ujiannya, akhirnya harus baik. Mendapatkan kesudahan yang baik ternyata tidak untuk semua orang, ada seleksinya, yaitu bagi orang-orang bertakwa. Itulah mengapa pada setiap mohon, tidak langsung Allah kabulkan. Ada ujian setelahnya, yang akan melahirkan dosa jika berburuk sangka.
Selanjutnya adalah takwa, yakni memohon pertolongan dan rasa takut kepada Allah. Dengan ketakwaan, Allah mudahkan jalan keluar dari setiap masalah (QS. At-Talaq: 2), memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka dan mencukupkan keperluannya (QS. at-Talaq: 3). Saat Allah melaksanakan urusan kita dengan menjadikannya mudah dałam pelaksanaan.
Ketiga adalah sabar. Cek dulu yuk di Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 155 yang artinya, “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar.” Nah, kepastian yang tertuang di Al-Quran ini gak pernah main-main. Ganjaran bagi orang-orang sabar adalah kabar gembira. Kabar gembira di sini maksudnya adalar sesuatu yang menyenangkan hati di dunia dan di akhirat.
Lalu ihtisaban atau mengharapkan pahala dari Allah. Wajar gak kalau kita beribadah berharap surga? “beribadahlah buat Allah, jangan berharap apa-apa, apa lagi surga.” Lho? Surga kan Punya Allah, yang salah itu beribadah buat mendapatkan dunia. Kalau berharapnya akhirat dunia akan ikut. Allah saja sudah mention bagi orang-orang yang melakukan kebajikan akan kekal di surga (QS. Al-Baqarah: 82).
Terakhir adalah beriman kepada Allah. Sering banget kita ngeluh setelah terjadi sesuatu yang berat, “coba aja kalau…”, “tau gitu…” adalah contoh perkataan orang kufur. Hal tersebut dikuatkan oleh firman Allah dalam Al-Quran surat Ali-Imran ayat 156 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah seperti orang-orang yang kufur dan berbicara tentang saudara-saudaranya, apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, “Seandainya mereka tetap bersama kami, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh.” (Allah membiarkan mereka bersikap demikian) karena Allah hendak menjadikan itu (kelak) sebagai penyesalan di hati mereka.” Ayat ini turun saat perang Uhud, jangan sampai kita seperti orang kufur yang rusak akidahnya, saat ada yang terbunuh di tengah peperangan mereka menyesali keikutsertaannya dalam berperang.
Teman-teman, ujian adalah bagian dari hidup. Maka, tak bisa kita memilih hidup tanpa ujian. Hari Ini, kita belajar untuk menerima segala ketetapan Allah. Apa saja pemberian-Nya, tak pernah ada yang buruk ujungnya.
(Catatan pertemuan pekanan, 24 Februari 2024)