Assalamualaikum, teman-teman. Selamat Ramadan 1444 H ya. 😇
Di Ramadan tahun ini, aku berencana untuk membaca tuntas
buku Rahasia dan Hikmah Surah Yusuf, buku terjemahan yang ditulis oleh Yasir
Qadhi. Buku ini memiliki 14 bab, dan aku akan mencoba membahas perbab-nya, ya.
Bismillah.
Kamu tau gak cerita di balik turunnya surat Yusuf? Wah
menakjubkan banget. Turunnya surat Yusuf itu saat Rasulullah sedang berada di
kondisi yang sangat terpuruk. Ada tiga kesedihan yang Rasul alami.
Pertama, saat beliau ditinggal oleh Bunda Khadijah, istri
yang pertama kali beriman dan menjadi pendukung, serta kekuatan terbesar Rasul.
Kedua, ketika rasul ditinggal pergi selamanya oleh pamannya yang bernama Abu
Thalib, yang punya peran besar terhadap dakwah Rasul di Makkah. Saat Rasul
mulai dakwah terang-terangan ke penduduk Makkah, Abu Thalib yang jadi garda
terdepan membela Rasul, bahkan rela meninggalkan kemewahan hidupnya untuk
hijrah bersama keponakan tercintanya.
Setelah Abu Thalib wafat, persekusi terhadap Rasulullah semakin meningkat. Kisah ketiga, ialah tragedi perjalanan penting Rasulullah menuju
Kota Thaif. Hari terberatnya Rasul yang harus pergi dalam keadaan sedih karena
baru saja ditinggal dua orang yang berjasa besar dalam dakwahnya. Namun, beliau
tidak pernah berhenti barang sejenak untuk menyebarkan risalah Islam. Di Kota Thaif,
beliau dihina depan khalayak ramai, dilempari batu dari segala penjuru sisi; dilempar
dari depan, belakang, samping kanan dan kiri, sampai-sampai sandalnya
berlumuran darah.
Tiga kejadian tersebut berjarak enam pekan yang terjadi
sekitar tahun ke-10 atau 11 dakwah Rasulullah. Surat Yusuf ini menjadi
penghibur untuk Rasul dan bagi orang-orang beriman dan penerang perjalanan
spiritual mereka. Dari latar belakang tersebut, kita jadi belajar, kalau kita
sering banget merasa paling sengsara dalam hidup, merasa paling banyak masalah.
Kalau kita bandingin ujian hidup kita dengan Rasul aja tuh udah jauh banget,
kita gak ada sepersekian bagiannya deh. Tapi justru yang kita kira ujaiannya
tak terhingga buat Rasul malah ada kisah yang jadi penguat beliau. Allah tuh
kayak bilang ke Rasul, “Hei, Muhammad kamu jangan merasa paling sedih, tuh
ada cerita orang sebelum kamu yang pernah mengalami kesedihan yang jauh lebih
berat.”
Itulah mengapa, dalam ayat tiga surat Yusuf, Allah kasih tau ke kita kalau dari semua
kisah menakjubkan dalam Al-Quran, kisah Nabi Yusuf adalah yang terbaik.
1. Keluarga Nabi Ya’qub
Suatu hari, Rasul pernah ditanya oleh sahabat. “Wahai
Rasul, siapakah orang yang paling mulia dari garis keturunan?” kemudian
beliau menjawab, “Orang mulia, anak orang mulia, anak orang mulia, anak
orang mulia adalah Yusuf bin Ishaq bin Ibrahim.”
Semasa kecil, Yusuf tinggal di Kan’an yang sekarang adalah
Palestina dan Suriah. Itulah tanah suci yang dipilih Allah untuk Nabi Ishaq dan
keturunannya. Kemungkinan besar, Nabi Ya’qub yang membangun masjid di
Yarussalem, ada juga yang mengatakan mungkin juga Nabi Ishaq. Masjid ini
dibangun kembali pada masa Raja Sulaiman sebagai Kuil Agung. Nabi Ibrahim,
bapak para nabi, mendirikan Ka’bah beberapa tahun lebih awal. Empat puluh tahun
berikutnya, Nabi Ishaq dan kemugkina bersama anaknya Nabi Ya’qub mendirikan
tanah suci di Palestina.
MasyaAllah ya, dari keluarga mulia lahirlah keturunan yang
mulia. Dari kemuliaan itulah, Nabi Yusuf dipilih Allah sebagai penerus
risalah-Nya dengan diberi tanda melalui mimpi melihat matahari, bintang, dan
bulan semua bersujud kepadanya. Karena saat itu Nabi Yusuf masih anak-anak, dia
cerita kepada ayahnya. Matahari, bintang, dan bulan
adalah benda langit yang tinggi. Keberadaannya di atas kita yang melambangkan
orang yang bersinar seperti orang tua dan saudaranya bersujud kepada Nabi
Yusuf. Artinya, ada orang yang lebih tinggi dan lebih mulia dari mereka semua,
yaitu Nabi Yusuf.
Ujian datang kepada Nabi Yusuf. Ayahnya, sebagai seorang
nabi memberikan nasihat kepada Yusuf yang tertuang di ayat kelima surat Yusuf,
kalau dia gak boleh cerita apapun tentang mimpinya ke saudara-saudaranya karena
mereka akan membuat tipu daya yang dahsyat juga keji. Pelajaran yang bisa kita
ambil, Nabi Yaqub juga manusia yang punya naluri, ya. Walaupun Nabi Ya’qub
sayang ke semua anaknya, namanya orang tua mungkin akan tanpa sadar memberikan
perhatian lebih ke anak yang spesial, dan perasaan iri dari para saudara Nabi
Yusuf lah yang memancing mereka merencanakan kejahatan kepada Yusuf. Pelajaran
lain yang bisa kita petik ialah, jangan memamerkan berkah yang kita peroleh
yang memicu iri hati orang lain, karena bahayanya sifat dengki. Kedengkian
adalah perasaan yang menjadi penyebab utama amal baik kita terkikis jika tidak
disingkirkan dari hati.
Suatu hari, para kakak Yusuf minta izin ke ayahnya untuk
membawa Yusuf bersenang-senang. Karena ayahnya seorang nabi yang diberi
petunjuk sama Allah, sehingga punya firasat buruk. Ia khawatir
Yusuf tidak akan pulang dalam waktu yang sangat lama. Nabi Yaqub bilang ke para
kakak Yusuf, “Kita tinggal di padang gurun, banyak hewan buas berkeliaran.
Jangan ajak adik kalian main, udah kalian di rumah aja deh.” Tapi, mereka
tetap bersikeras ingin membawa Yusuf ke luar rumah. Ayat kesembilan surah Yusuf, mencatat
rencana jahat mereka. Awalnya mereka berencana untuk membunuh Yusuf, tapi Kakak
tertuanya punya ide untuk membuang Yusuf ke suatu tempat. Kedengkian para kakak
Yusuf makin menggerogoti mereka sampai-sampai mereka memutuskan untuk membunuh
Yusuf. Mereka mendengki sampai tidak sadar bahwa kedengkian mereka pada susuatu
yang mulia. Itulah penyakit menyeramkan bagi hati-hati manusia, dengan dengki
akan menimbulkan musibah yang besar. Saat para Kakaknya pulang, mereka
menggunakan ketakutan ayahnya soal bintang buas sebagai alasan Yusuf tidak
pulang bersama mereka.
2. Dijual Sebagai Budak
Dalam ayat 15 diceritakan ketika para kakak Yusuf bersepakat
membuang Yusuf ke sumur, mereka melaksanakannya. Dalam ayat
tersebut Allah tidak melengkapi pernyataan-Nya. Al-Quran sering menggantung
perkataan, frasa, ataupun rincian, karena di dalamnya, Allah tidak merinci
perbuatan buruk dan kejahatan, kecuali dalam istilah yang singkat. Contohnya
pada kisah Nabi Yusuf ayat ke-15 tersebut. Allah tidak menggunakan satu pun
istilah negatif dalam firman-Nya untuk menggambarkan para kakak Nabi Yusuf
meskipun mereka pantas untuk dikritik. Selain itu, karena perbuatan mereka
diampuni oleh Allah Yang Maha Pengampun, Allah menerima taubat mereka.
Hebatnya, satu-satunya momentum Al-Quran menyebutkan perbuatan
para kakak Yusuf adalah melalui pengakuan mereka sendiri. Dengan nada menyesal
mereka berkata kepada Yusuf, “Demi Allah, Allah benar-benar telah
melebihkanmu atas kami. Sesungguhnya, kami benar-benar orang yang
bersalah.” (Q.s Yusuf: 91). Kemudian mereka memohonkan ampun kepada
ayahnya.
Wah, ada hikmah besar dari ayat ini ya, teman-teman. Kita
nih, kalau maafin orang kayaknya masih suka bahas atau ungkit-ungkit
kesalahannya, bahkan kalau udah berlalu cukup lama pun kita masih ingat dan
menceritakan kembali, ya. Namun, ketika Allah mengampuni para kakak Yusuf,
untuk apa kesalahan mereka disebutkan kembali? Justru kebaikan seperti itu
mencerminkan keagungan dari pengampunan Allah.
Ketika Nabi Yusuf di dalam sumur, Allah berikan sakinah dalam
hatinya. Allah memberi tahu Nabi Yusuf kalau ujian yang menimpanya memang akan
terjadi dan Allah limpahi keberkahan kepadanya melalui tiga hal: Pertama, dia tidak
akan wafat di sumur. Kedua, akhirnya Nabi Yusuf dan keluarganya akan bersatu.
Dan terkhir, dia aka berada di dalam surga. Rasa tenang yang Allah beri kepada
Nabi Yusuf merupakan ilham yang ia
dapatkan sejak kecil.
Para kakak kembali ke rumah saat terbenam matahari, menjadi
siasat mereka untuk memperkuat siasat kalau mereka sudah
berusaha mencari adiknya. Mereka pulang membawa baju yang berlumuran darah. Namun, karena bajunya tidak sobek, Nabi Ya’qub pasti punya firasat kalau para
kakak Yusuf ini berbohong. Nabi Ya’qub tidak menyerang para kakak dengan
perkataan yang memojokan. Ia tentu sedih, dan berkata kepada para
mereka, “Hanya bersabar itulah yang terbaik bagiku.”
Hebatnya Nabi Ya’qub yang bisa mengontrol dirinya untuk bersabar. Orang tua
yang tau anaknya pulang larut dan baju kotor aja gak sedikit ya yang ngomel-ngomel,
kasih hukuman ke anak-anaknya.
Rasulullah Muhammad mengatakan kepada kita, melalui hadist
yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwa yang kuat bukanlah pegulat terbaik,
namun yang kuat hanyalah mereka yang bisa mengendalikan diri ketika sedang
marah. Kalau yang pernah aku dapatkan nasihat dar mentor mengajiku, istilah
untuk menggambarkan sabda Rasul, orang yang kuat itu adalah orang yang punya
kemampuan untuk balas dendam tetapi tidak melakukannya.
Sekian lama Nabi Yusuf di dalam sumur, datanglah sejumlah
musafir, yaitu rombongan Karavan yang mengambil air dari sumur. Salah satu
dari mereka senang menemukan anak muda, karena ketika itu masih era perbudakan
sehingga komoditas yang paling berharga adalah budak. Nabi Yusuf disimpan di
tumpukan barang-barang. Mereka mengangkat Nabi Yusuf dari Palestina ke Mesir.
Dalam ayat 20 diketahui kalau Nabi Yusuf dijual dengan harga yang murah, yang
lebih rendah daripada yang lainnya, karena para musafir itu beranggapan Nabi
Yusuf adalah temuan dan gak perlu modal, jadi dijual berapa saja tidak akan rugi.
Nabi Yusuf dibeli oleh seorang tuan dengan kedudukan sebagai
Menteri Keuangan yang kelak akan dijabat oleh Nabi Yusuf. Keluarga mereka
memperlakukan Nabi Yusuf dengan baik, karena Al-Aziz, panggilan tuannya, mereasa
bahwa Nabi Yusuf bukan anak laki-laki biasa.
3. Rayuan
dari kecil pasti udah hatam banget kalau nabi yang paling ganteng itu Nabi Yusuf. Ya gak sih? Apa cuma aku aja? hehe. Nah, di sesi ini mau kembali menceritakan how a handsome he is. Ketampanan Nabi Yusuf itu adalah separuh dari keindahan dunia, menurut hadist yang diriwayatkan oleh Muslim (No.152). Saat Rasul Mi’raj, beliau bilang kalau ketampanan Nabi Yusuf yang tiada tanding ini membuat perempuan (istri) dari majikannya menggidanya (Qs. Yusuf: 23). Bujukan yang dilakukan istri majikannya itu berkali-kali, sehingga hal tersebut bukan bujukan biasa. Sedangkan posisi Nabi Yusuf lemah sebagai budak sedangkan perempuan itu adalah orang yang merdeka dan dari golongan atas.
Sebagai seorang mukmin sejati, dia mengendalikan keinginan dan bertindak (burhan) berupa kesadaran bahwa Allah mengawasinya. Dalam Firman Allah “innahu min ibaadinal mukhlisin”. Mukhlis di sini adalah orang-orang yang tulus, ikhlas, dan mereka adalah orang pilihan Allah. Jika kita ikhlas dan jujur kepada Allah, Dia akan menjauhkan kejahatan dari diri kita. Rasulullah bersadba, :ada 7 golongan yang akan dinaungi oleh Allah dengan Naungan-Nya pada hari ketika tida ada naungan kecuali milik-Nya, salah satunya adalah seorang lak-laki yang digoda seorang perempuan berkedudukan dan mereka takut kepada Allah.”
Setelah Nabi Yusuf menolak rajuan perempuan ini, Nabi Yusuf berbalik untuk menyelamatkan diri, keduanya berlomba menuju pintu. Lalu Allah berfirman, “Perempuan itu menarik bajunya (Yusuf) dari belakang hingga kayak” ketika berusaha mencegah kepergian Yusuf, istri Al-Aziz merobek bajunya.Keduanya mendapati seuami perempuan itu di depan pintu Qs. Yusuf: 25). Perempuan itu langsung menemukan jalan keluar dengan menyalahkan Nabi Yusuf. Dia tidak mengatakan “dia yang mencoba memperkosaku” tetapi dengan menyebutkan “dia yang bermaksud buruk” karena memang tidak ada yangterjadi di antara mereka. Jika dia mengatakan diperkosa, membuat ia memiliki beban pembuktian lebih tinggi, sehingga dia akan berada dalam masalah seandainya tidak memberikan bukti. Taktik memfitnah Nabi Yusuf lebih buruk dari kejahatan itu sendiri. Surat An-Nisa ayat 112 Allah berfirman, “siapa yang berbuat kesalahan atau dosa, lalu menuduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, sungguh suatu kebohongan dan dosa yang nyata.” Orang-orang yang melakukan dosa akan melakukan lebih banyak dosa untuk menutupnya, sehingga setiap dosa bisa dikatakan menciptakan efek domino.
Nabi Yusuf membela dirinya dengan mengatakan, “dia yang menggodaku” (Qs Yusuf: 26). Artinya, untuk melindungi kehormatan seseorang adalah hal yang benar, kecuali dalam situasi ketika kebijaksanaan mengharuskannya diam. Pernyataan Nabi Yusuf juga tidak kabur, seperti istri al-Aziz, karena orang yang bersalah sering kali menanggapi suatu tuduhan dengan mengatakan seolah tidak terjadi apa-apa. Nabi Yusuf tidak menuduh perempuan itu sebagai orang pertama, tetaoi dia berbicara secara tidak langsung “dia yang menggodaku”, untuk menunjukkan rasa hormat meski perempuan itu tercelaa. Dia memberikan tanggapan kepada al-Aziz seolah dirinya tidak hadir.
Dalam ayat 26, dijelaskan hadinya seorang saksi dari keluarga perempuan. Kata ‘syaa hida’ yang artinya laki-laki yang melihat, tetapi sesungguhnya laki-laki ini bukanlah saksi dari peristiwa yang sebenarnya. Lalu mengapa Allah menyebutnya ‘syaahid’, padahal dia bukan saksi fisik? Karena Allah adalah saksinya dan apa yang dikatakan laki-laki itu adalah kebenaran. Allah juga menyebut laki-laki itu sebagai ‘min ahlihaa’ artinya dari keluarganya (si perempuan). Semua orang mengetahui bahwa orang ini memiliki hubungan dengan sitri al-Aziz dan tidak mungkin bias terhadapnya. Secara umum, orang-orang yang satu keluarga tetap kompak dan saling membantu.Â
Dilanjutkan dengan ayat ke 27, Allah membantu memberikan kesaksian. Jika mencoba menyerng perempuan itu dan membela dirinya sendiri dalam perselisihan yang terjadi, baju Yusuf pasti koyak di bagian depan. terbuktilah bahwa yang salah adalah si perempuan itu. Lalu, si suami minta Nabi Yusuf untuk melupakan kejadian yang terlah menimpanya yang diabadikan dalam ayat ke 29. Dia berkata kepada Yusuf, “abaikanlah, jangan memberi tahu siapapun dan anggap saja ini tidak pernah terjadi.” Dari perspektif psikologi, manusia yang masuk akal, dia ingin merahasiakan perselingkungan ini, karena berpotensi merusak reputasinya. Namun, seiring berjalannya waktu, gosip tersebut menyebar. Sebagian besar ulama mengatakan, sumbernya adlah pada budaak rumah tangga. Mereka empat orang yang ada pada saat kejadian berada di dalam ruangan. Bisa jadi, nafsu sang istri kepada Yusuf begitu jelas terlihat sehingga orang-orang menyadarinya.
.Â
2 Responses
Lanjutannya gmn kak? Hehe
Lanjutannya gmn kak? Hehe