Persiapan untuk Jodoh atau Kematian?

Umurku semakin bertambah. Dua puluh satu tahun, dimana Kakak perempuanku diumur yang sama sudah memutuskan untuk menikah. Aku? Ya, aku masih seperti sekarang yang kalian tau. Aku pernah dibandingkan dengan Kakakku. Diumur yang sama dengan Kakakku dua tahun lalu, ia sudah cukup matang untuk berstatus menikah.

Kehidupan aku dan kakakku berjalan sangat berbeda. Aku lebih dibebaskan untuk memilih dan menjalani hidupku di luar. Sedang Kakakku, ia dilamar oleh seorang ikhwan yang menjadi doanya selama ini. Cukup untuknya menjalani hidup dengan yang ia tentukan. Suaminya mampu menjaga ia dan anaknya dari proses taaruf yang sangat indah.

Beberapa temanku saat ini sudah banyak yang melepas masa lajangnya. Setelah selesai KKN banyak yang cinlok dan akhirnya pacaran, dan yang hebatnya adalah mereka menikah. Hehehe, bukan aku iri dengan mereka yang cinlok saat KKN, bukan! Kalau dipikir-pikir sih, gimana mau dapet pas KKN, aku kan orangnya cuek dan gak mikirin sama sekali untuk mau nyari (lha, lagian ya? wkwkwkw).

Aku flat? enggak! Sebenanrya ada gejolak di hati. Namun, lagi-lagi aku selalu redam dengan amanah yang aku emban. Aku hanya takut menghancurkan semuanya. Hei, perempuan! Kita memang makhluk yang sangat berperasaan. Sedikit-sedikit baper! Tapi, aku kurang setuju kalau sebagai perempuan mengedepankan nafsu baper sehingga akhirnya terlena. Sebenanrya perempuan bisa kok cerdas mengendalikan logikanya, bisa, iya bisa. Percaya, deh! Tapi, hati-hati juga sih, ketika mengedepankan logika, khawatir jatuhnya ‘membiasakan’ atau jadi ‘terbiasa’ sehingga ‘mengentengkan’.

Aku sudah ditanya siap nikah sama ummi? iya, udah. Jawaban aku apa? hmmm dengan jawaban yang sok bijak bercampur bingung aku selalu jawab, “Udah aja kalau udah ada yang ke rumah.” Kenapa aku jawab itu? Karena aku masih meramal, bahwa masih dalam waktu yang lama seseorang akan datang (kayak Dilan ya, bisa meramal). Sebenarnya aku gak mau lama-lama, sih. Aku takut gak bisa jaga diri kalau lama-lama sendiri. Aku takut banyak dosa, itu aja.

Aku memang belum tergambar aja, dengan cara apa aku dipertemukan dengan seseorang itu. Aku masih belum bisa mengambil sikap. Entah dengan perantara siapa, atau aku yang menentukan sendiri, atau dengan…. entahlah. Tapi aku pernah dapat nasihat dari seorang teman akhwat, kalau jodoh kita bisa terlihat dengan kita mengonsep bagaimana kita minta dipertemukan.Kemudian ada yang berpesan kalau nikah itu, kita tidak akan pernah siap kalau tidak memaksakan diri untuk menerima kedatangan. (Kok serem, ya?).

Ummi sudah menyuruhku untuk giat berdoa “Robbana hablanaa min azwazina wa zurriyatina qurotaa’yun waj’alnaa lil muttaqiina imaamaa”. Aku mengamini titah ummi. Bukan satu atau dua kali ummi sebut nama ikhwan yang ia kenal. Tapi, entah belum ada feel untuk membicarakan itu. Namanya orangtua, pasti tau perasaan anaknya dari sorotan mata atau mimik wajah sehingga ummi sering menasihati aku, “Jangan bodo amatan. Kamu harus sudah mikir sampai situ.”

Aku punya pilihan sendiri. Aku punya keinginan. Aku pernah berharap. Tapi, aku selalu membelakangi harapan-harapan pada seseorang dengan melakukan banyak hal agar aku melupakan. Karena aku takut. Karena aku tak ingin kecewa berlarut-larut. Aku memang mengharapkan seseorang, namun pengharapanku, aku usahakan lebih besar dari pilihan yang terbaik dari-Nya.

Tapi, aku cukup baper sih melihat teman dekatku yang baru saja dilamar hehehe. Ternyata terjawab, ya pertanyaan, ‘siapa yang akan menikah duluan?’ hehehe.

“Aku mencintaimu karena Allah mau.”

Berhenti berharap pada seseorang. Tingkatkan produktifitas diri. Berbenah untuk menjadi madrosatul ulaa.

“Apakah kamu pernah menangkap sinyal pengharapanku?”

Sudah, siapa yang tau kematian akan datang terlebih dahulu daripada jodoh :’)

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »