Refleksi; Surga tidak Seru Jika Sendiri

Bismillah
Realitas kehidupan luar itu ternyata menyedihkan, ikhwah.
Aku ingin kita sama-sama bersyukur atas nikmat hidayah.
Ingin menangis sejadi-jadinya jika benar-benar meresapi cahaya iman yang masuk ke dalam hati.

Ikhwah, coba lihat!
Coba koreksi, sejauh mana kita memandang.
Coba lihat!
Sejauh mana kita melihat realita di tengah masyarakat.

Masyarakat,
mereka mad’umu!
mereka butuh dirimu, ikhwah!

Coba benahi mental dakwahmu, saudaraku.
Apakah terlihat kuat hanya di sekitarmu saja?
Apakah terlihat kuat karena kau berusaha menutupi aibmu?
Astaghfirullah
Istighfar!

Hidayah itu mahal.
Hidayah itu tak terbayar oleh satuan mata uang tertinggi
Karena hidayah datang bagi hati-hati yang lapang.
Bagi mereka yang menghendaki cahaya  masuk ke sela-sela rongga hati.

Mereka membutuhkanmu, saudaraku.
Dirimu adalah mata air yang menyejukkan padang pasir.
Jangan kalah dengan teriknya matahari yang semakin menggersangkan.

Sanggup kah dirimu melihat mayat yang terbakar sengatan matahari?
Sanggupkah kau menelan air menyegarkan di antara mereka yang dahaga?

Allahu Akbar!

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »