Awal Mula Kemerdekaan Indonesia
Ikatan antara Indonesia dan Palestina bukanlah hal yang baru. Sejak lama sudah ada rasa simpati dan semangat yang kuat untuk saling mendukung di antara kedua belah pihak. Pada awal abad 20 Indonesia sudah membuat komite untuk membantu korban kemanusiaan di Palestina.
Mufti Palestina, Syeikh Amin al-Huseini yang memberikan kontribusi penting dalam hal pengakuan kedaulatan Indonesia. Beliau mengakui kedaulatan Indonesia pada 1944. Hal itu ia suarakan melalui Radio Berlin dalam bentuk ucapan selamat yang kemudian kabar kemerdekaan Indonesia ini disebarluaskan oleh mahasiswa Indonesia di Mesir. Syeikh Amin al-Huseini ikut melobi beberapa negara Arab termasuk Mesir untuk mengakui kemerdekaan Indonesia. Padahal kalau kita tau ya kondisi beliau ini lagi gak aman dan gak nyaman untuk bepergian karena menjadi buronannya Inggris.
Usai mendeklarasikan diri sebagai negara Israel tahun 1948, Israel mutar otak buat dapat pengakuan dari Indonesia. Kenapa? karena Indonesia negara muslim terbesar, sehingga memiliki nilai sangat penting secara ekonomi dan politik. Yacov Simon, Kepala Departemen Asia Kemenlu Israel menginginkan adanya Kedutaan Israel di Indonesia. Presiden Israel mengirim pesan ke Soekarno dan Hatta ucapan selamat atas kemerdekaan Indonesia, tetapi hanya direspon singkat “terima kasih” oleh Hatta tanpa ucapan balik.
Hatta tidak banyak bicara, karena ia sangat tahu betul siapa Israel sesungguhnya. Pembagian PBB terhadap tanah Palestina jelas sangat menyakiti Indonesia. Lagi-lagi Israel melobi Hatta. Kedua kalinya Israel mengirim Menteri Luar Negeri Israel untuk mengabarkan pengakuan Israel terhadap kemerdekaan Indonesia, tetapi masih dijawab singkat. Israel membuat proposal niat baiknya di Indonesia yang dikirim ke Hatta, namun Hatta hanya menjawab secara diplomatis dan ditunda pembahasannya sampai waktu yang tidak ditetapkan.
Sikap Hatta pun semakin jelas pada perhelatan Asian Games 1962 di Jakarta. Ia melarang Israel mengirim atlet untuk seluruh cabang olahraga. Bagi Hatta, keikutsertaan Israel adalah bentuk pengakuan kedaulatan terhadap penjajah. Oleh karena itulah, Indonesia mendapat didenda dari Komite Olimpiade Internasional lantaran tidak mengizinkan atlet Israel bertanding di Asian Games.
Menolak Israel di Konferensi Asia-Afrika (KAA)
Setelah Indonesia merdeka, upaya perjuangan untuk membantu Palestina tidak berhenti begitu saja. Saat menggelar KAA pada 1955 di Bandung, Indonesia juga termasuk yang keras melarang dan menolak Israel ikut serta, meski ada beberapa negara mendesak kehadiran israel. Berkat persuasi Indonesia, Pakistan bahkan mampu meyakinkan pemerintah Myanmar, India, Sri Lanka untuk tidak menerima hadiran Israel yang awalnya mendukung.
Tokoh Muslim Indonesia untuk Palestina
- K.H Kahar Muzakkir
Ia adalah anggota BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan permus Pancasila yang pernah bergabung Muktamar Alam al-Islam, ketika Mufti Palestina membentuk gerakan perlawanan diplomatik tingkat tinggi lewat pembentukan Arab High Committee.
Kata ‘keberkahan’ dalam Pembukaan UUD 1945 Aliniea tiga; “atas berkat rakhmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya,” adalah usulannya yang terinsipirasi dari AQ. Al-Isra ayat 1 mengenai keberkahan Masjid Al-Aqsha.
- M. Natsir
Pada tahun 1931, gema perlawanan Palestina melawan Israel sampai ke Indonesia melalui majalah Muhammadiyah yang mengabarkan bahwa ada 3 mahasiswa Indonesia yang kuliah di Timur Tengah terlibat dalam perlawanan dan syahid di medan perang. Natsir lah yang menjadi juru bicara yang sangat aktif dan menjadikan aktivitas ini sebagai agenda perlawanan muslim Indonesia.
Natsir juga menulis di Majalah Pandji Islam mengkritisi perjanjian Balfour. Ia menyingkap bahwa pencurian tanah Palestina adalah otak dari Inggris. Pada tahun 1967 lagi-lagi Israel melakukan agresi terhadap Palestina, masjid Al-Aqsha dikuasasi zionis israel. Perlawanan Indonesia terhadap zionisme Israel pada tahun ini pun dipelopori oleh Natsir. “Palestina adalah soal Islam dan soal ummatnya. Palestina adalah masalah kita bersama.”
- Buya Hamka
Corak pemikiran atau nilai-nilai yang terkandung dalam tafsir Al-Azhar ketika bangsa Indonesia membutuhkan solusi atas permsalahan yang dihadapi dan memberikan perhatian kepada permsalahan yang terjadi di Palestina. Dalam tafsirnya, ada bagian yang secara gamblang membahas Palestina. Ia menulis bahwa Baitul Maqdis tidaka akan terbesaskan dari Zionis Israel kecuali jika seluruh umat muslim di seluruh dunia mengubah kembali orientasinya kepada sumber ajaran Al Quran.
- H. Agus Salim
Beliau pernah menjadi Menteri Luar Negeri, dengan sangat detail ia mengungkapkan taktik gerakan Yahudi Internasional untuk memuluskan rencana Zionisme dalam menggusur bangsa Palestina. Ia pun juga menyerukan bantuan dari umat Islam untuk mendorong saudaranya di Palestina dan memperjuangkan hak-hak Palestina dan Baitul Maqdis
Pembukaan UUD 45 dan Palestina
UUD terdapat dua alinea spesifik yang menjadi rujukan dan jadi makin penting ketika Ibu Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi dalam rapat terakhir komisi satu dalam pamitannya berpesan untuk terus komitmen menjaga dan berjuang untuk kemerdekaan Palestina. Artinya, penting betul putusan MPR pada Era Reformasi. Di antara banyak UUD yang diamandemen, ada dua yang tidak diamandemen dan disepakati tidak boleh diubah, salah satunya Pembukaan UUD 45. Bila tidak boleh dilakukan perubahan maka akan jadi rujukan konstitusional abadi pemerintah Indonesia untuk tetap membela Palestina dan menolak penjajah Israel dan melakukan segala upaya untuk mengajukan perdamaian. Kapanpun dan siapapun bergantinya pemerintah Indonesia, maka otomatis mereka terikat dengan perjuangan pembebasan Palestina
Bagaimana masyarakat Indonesia bisa mendukung Palestina melalui hal-hal yang dapat dilakukan?
Posisi Indonesia sangat jelas di mata dunia. Indonesia aktif di forum antar negara di OKI (Organisasi Kerjasama Islam), PBB, maupun forum antar parlemen dalam menyuarakan keadilan bagi warga Palestina.
September lalu, PBB melakukan pemungutan suara, 142 negara termasuk Indonesia, Malaysia, Singapura, Turki, Cina, Prancis, Meksiko, hingga Finlandia yang setuju bahwa pendudukan israel di palestina adalah ilegal. Hasilnya, PBB menyerukan Israel untuk mengakhiri pendudukan ilegalnya di wilayah Palestina dalam waktu 12 bulan atau satu tahun.
Suara-suara negara yang mendukung semakin banyak, artinya semakin banyak pemimpin dunia yang berani memperlihatkan keberpihakannya pada Palestina. Memang bukan hal yang mudah bagi setiap negara yang bersuara di forum internasional. Maka perlu kita apresiasi. Tindakan perwakilan negara-negara ini telah menarik perhatian masyarakat dunia dan tentu akan semakin menekan posisi israel yang terus-menerus memanfaatkan kesalahan hukum internasional.
Posisi strategis ini penting untuk dimaksimalkan indonesia bahwa kita tidak sendirian, kita bersama seluruh negara ASEAN, bersama negara-negara OKI, bersama seluruh negara Liga Arab, bahkan tiga dari enam anggota tetap dewan keamanan PBB mendukung resolusi tersebut yaitu Prancis, Cina, dan Rusia.
Maka hari ini, sebagai masyarakat menjadi amat penting untuk terus mengingatkan pemerintah dan menegaskan posisi Indonesia, kalau pemerintah Indonesia melaksanakan ketentuan konstitusi mendukung segala upaya untuk kemerdekaan palestina dan menolak segala kejahatan israel. Dengan terus bersuara secara aktif dan konsisten baik di media sosial maupun aksi-aksi di lapangan secara langsung. Terus mengadvokasi pemerintah kita, juga bisa dengan demo-demo di depan kedutaan besar Amerika Serikat dan negara-negara yang punya hubungan diplomatik dengan Israel.
Kemudian juga dengan memaksimalkan gerakan boikot, yang menjadi inspirasi masyarakat banyak kepada pemerintah untuk melakukan hal yang lebih besar. Hari ini kita harus bisa mempertahankan capaian Indonesia yang menjadi negara dengan boikot kedua terbesar di dunia setelah Arab, hasil dari penelitian dari Edelman Trust Barometer Special Report.
Apa yang bisa dilakukan umat Islam Indonesia?
Kita meyakini bahwa ini bukan hanya sebatas pada isu kemanusiaan tetapi isu agama. Kitalah sebagai muslim yang menjadi subjek utamanya. Jadi, temen-temen Lembaga Dakwah Kampus (LDK) seharusnya sudah selesai dengan istilah isu humanity.
Di dalam Al-Quran terdapat ayat kewajiban kita berbakti kepada orang tua dan ayat yang memerintahkan kita untuk tidak mendekati zina. Artinya, yang Allah firmankan dalam Al-Quran wajib untuk dikerjakan dan ditinggalkan larangannya. Begitupun dengan Masjid Al-Aqsha yang Allah sebutkan banyak sekali dalam Al-Quran. Banyak kisah-kisah yang latar belakang tempatnya di Palestina. Nabi yang paling banyak disebut dalam Al-Quran adalah Nabi Musa, seorang keturunan Bani Israil yang gak lepas kaitannya dengan Palestina.
Kenapa masih banyak muslim yang diam saat saudara-saudara kita di Palestina berada di bawah kezaliman? Saat tanah keberkahan umat Islam sedang dirampas penjajah? Apa inti permasalahannya? Kurangnya belajar! Kita mau jadi bagian pembebasan Al-Aqsha kan? Nah, gimana mungkin kita bisa membebaskan Masjidil Aqsha kalau kita sendiri saja belum kenal, apa sih Masjidil Aqsha? Apa sih Baitul Maqdis, dan bagaimana keberkahannya?
Ilmu itu sangat penting. Kita jangan mau kalah sama orang-orang yang bukan Islam. Kebanyakan tokoh Yahudi, ilmuwan Barat yang menyetujui pembebasan Palestina pun karena mereka belajar sejarah. Apalagi kita sebagai muslim Allah suruh kita IQRA!
Seratus tahun kita dijajah, tetapi umat muslim tidak memprioritaskan ilmu. Umat muslim Indonesia lebih dari 200 juta orang, lebih banyak dari penduduk negara-negara Arab. Namun pembahasan tentang Baitul Maqdis belum jadi utama dipelajari. Minimal, kita terus menghidupi diskusi-diskusi tentang Palestina. Gak hanya sekali, tetapi terus secara konsisten. Perkenalkanlah Masjidil Aqsha, perkenalkankan Baitul Maqdis, perkenalkanlah Palestina.
Masjidil Aqsha adalah bagi orang-orang yang bersyahdat.
Catatan materi sebagai narasumber dalam agenda Palestine Liberation Roadshow, Satu Tahun Thufanul Aqsha. “Voice of Chance: Standing Strong for Justice and Freedom” yang diselenggarakan oleh Forum Lembaga Dakwah Kampus Banten pada Sabtu, 5 Oktober 2024