Hari ini adalah hari dimana sebentar lagi aku akan menempuh Ujian Nasional.
Tak disangka ini adalah kali ke-tiga aku mengikuti Ujian Nasional, ini adalah terakhir kalinya.
Belajarpun sudah aku lakukan jauh sebelum nyawaku mendekati tanggal merah bagi anak kelas 10 dan 11 libur selama 3 hari. Aku berada di detik terakhir untuk bernafas di gedung kuning tercinta. Madrasah Mu’allimien Muhammadiyah.
Enam tahun lamanya aku menuntut ilmu di sana. Belajar di kelas, belajar berorganisasi (IPM), belajar pendewasaan diri dari segala ujian. Baik ujian sekolah, sahabat, bahkan cinta. Di sini akan aku ceritakan tiga ujian tersebut.
Mulai dari ujian sekolah.
Selama aku mengikuti ujian di Madrasah, dari Tsanawiyah aku selalu berkomitmen bahwa nilai bukan hal segalanya, itupun didukung oleh ummiku yang selalu menginginkan aku lebih baik di segala bidang terutama akhlak. Tetapi hasil dari ujian Sekolah selama ini tidak terlalu buruk, setidaknya aku sering berada di ranking 5 besar. Namun, disadari esensi hidup terkadang kita berada di bawah seperti roda yang berputar. Aku turun, masuk peringkat 10 besar. Tapi aku masih bersyukur karena hal itu bukan jaminan yang menentukan aku sukses di akhir nanti. Nilai di rapot tidak selamanya pure. Kenapa menggantungkan penilaian manusia? padahal sejatinya Allohlah yang patut kita khawatirkan atas penilain ibadah terhadap Nya. (Berapa nilai sholat kita di mata Alloh? sedekah kita? kejujuran kita? itu yang patut dikhawatirkan). Well… kewajiban kita sebagai hamba Alloh adalah menuntut ilmu.
Di Aliyah aku merasa jatuh cinta terhadapilmu eksak. Bisa dibilang aku adalah murid *hiper aktif* bukan karena apa, aku hanya merasa butuh dengan ilmu itu, bukan berarti aku menyingkirkan pelajaran lain. Terutama Kimia. Kimia bagi aku adalah pelajaran baru yang cukup aneh dan membuat penasaran. Kadang merasa konyol dengan pelajaran ini, unik, dan menyenangkan. Awal bertemu dengan pelajaran ini nilai merah semua di buku tulis, yang masih terbayang nilai 40 saat belajar “konfigurasi elektron”, itu kelas 10. lalu dilanjut dapat nilai 50 dipembahasan “bentuk-bentuk molekul ikatan kimia” kalau gak salah pembahasan tentang itu, yang ada Tetra hedral,planar bentuk v, dan kawan-kawannya. Tapi saat di kelas 10 semeter 2 bangkitlah rasa ingin memperbaiki nasib di pelajaran kimia. Aku sering belajar di rumah, cari-cari soal di berbagai buku, tak jarang di internet aku belajar dari pembahasan soal. Pelajaran yang belum disampaikan guru di kelas, aku sudah siap dengan persiapan di rumah. Ingat saat kelas 11 membahasa pH, bahagianya saat guru memberikan soal pH, padahal belum sama sekali diterangkan, Alhamdulillah aku bisa menjawabnya karena pernah bertemu sol itu sebelumnya . Bagiku itu adalah motivasi tersendiri untuk terus mendalami ilmu ini. Aku berlangganan soal-soal Kimia di situs Brainly.co.id, di sana aku terpacu untuk belajar kimia. Pada akhirnya aku diutus olimpiade kimia se-Kecamatan Leuwiliang dan mnjadi juara sehingga mewakili kecamatan Leuwiliang di tingkat Kabupaten. Walaupun langkahku terhentikan di tingkat ini, tapi tak masalah bagiku. Yang penting adalah pengalaman.
Berorganisasi IPM
IPM adalah rumah dan keluarga ke dua bagi aku. Di sana aku banyak belajar bagaimana menjadi seorang pemimpin. Apalagi Allah ciptakan manusia untuk menjadi pemimpin di muka bumi.
Pengalaman berharga bagi aku selama bersekolah adalah IPM. Dari mulai Pimpinan Ranting Ikatan Pelajar Muhammadiyah Tsanawiyah Mu’allimien, Pimpinan Ranting IPM Aliyah, dan sekrang di Pimpinan Cabang IPM Leuwiliang. Dari menjadi peserta FORTASI (forum ta’aruf dan orientasi siswa) dingga menjadi MOF (master of fortasi) di Madrasah Mu’allimien. Alhamdulillah. Dan pengalaman tak terlupakan saat mengikuti Taruna Melati 1 dan menjadi peserta terbaik putri. Aku bingung, kenapa aku bisa jadi peserta terbaik TM 1? padahal saat itu pengalaman aku ber IPM baru dangkal dibandung teteh-teteh yang juga menjadi peserta TM 1 saat itu. Apapun itu, aku tetap bersyukur karena hadiahnya online gratis 2×4 jam. (hehehe)
Tentang sahabat.
Tentang aku dan sahabatku, Rodhita. Kita dekat sejak kelas 7. Selalu satu kelas. Jhusat(7-1). spansa class top one (8-1), claneone (9-1), xensaxional (10-1), elofsa (11-IPA), hingga terakhir di twelofsa (12-IPA). Semua kita jalani bersama. Kita pernah jalan berjauhan, tapi Alhamdulillah pada akhirnya kita bersama kembali. Selain itu ada Annisa Fitriani, kita bertemu di 9-1 hingga saat ini. Juga ada Arfa Reza Matahari baru saja bertemu di 9-1 kita harus terpisah di lain sekolah. Juga ada teman baik, Nida Sastria, Dea Nursyifa, dan banyak lainnya. Teman diskusi ada Titin Patimah, Dina Maryana, juga Sri Rahayu. Mereka bertiga orang yang asyik diajak diskusi tentang apapun, berbagai macam pembahasan. Mulai dari yang berbau agama,kehidupan,masa depan bahkan percintaan (walah walah). Memang tak mudah menemuan sahabat sejati itu. Tapi beriringnya waktu aku yakin semua akan terjawab. Keseluruhan kehidupan aku tentang masalah ini tidak banyak masalah atau kendala. Mungkin sejak kelas 9-12 ini, aku dibiasakan oleh beberapa orang untuk sabar dan legowooooo dalam-dalam, melebihi dalamnya samudra. (hehehe). Tapi itu adalah sebuah pilihan dan akan menanggung resiko. Akupun membebaskan beberapa orang memilih pilihannya dan aku hanya menghormati pilihanya itu.
Yaa.. cukup menyenangkan punya banyak teman selama di Mu’allimien. Mereka memberikan banyak warna di hari-hariku. Apalagi di akhir perjalanan ini, aku mencoba mendekatkan diri ke semua teman terutama kelas 12-IPA.
Kisah percintaan.
waah.. ini sensitif sekali. Detik ini aku sedang merindukan seseorang. Tapi aku yakin setelah lulus ini aku tidak akan memikirkannya lagi. Memang tumbuh dari terbiasa. Setlah tak terbiasa juga akan mati. Yang namanya anak muda wajar saja ya. Ini aku rasakan di akhir perjalanan. Aku sering membaca literatur tentang mengatkan hati agar tidak terjerumus “kembali” ke soal ini. Mulai dari buku “Udah Putusin Aja” yang dituli Ust. Felix Siaw, kata-kata dari twitter atau facebook yang diposting sama Alila atau Asma Nadia. Berdo’a tak perlu ditanya. Itulah senjata aku saat benar-benar merasa tah tahan dengan kisah ini. Namanya remaja, ingin selalu diperhatikan. Bikin kode-kode biar peka, dikatain PHP, alaaah lucu sekali ya dunia remaja! Bukan PHP, tapi karena sering ke GR-an. Tpi walau bagaimanapun, sykuri apa yang dirsakan, ini petunjuk untuk aku agar semakin mendekati Alloh dan menjadi muslimah tangguh. InsyaAlloh.
Nah, sekarang singkirkan sejenak pikiran tak berguna itu, bahkan mungkin buang selama-lamanya. Kisah cinta yang memilukan, belum bayar ujian, atau sebagainya (hihihi) yakinlah Alloh punya jalan terbaik untuk setiap hamba Nya. Alloh gak mungkin tega ngebiaran aku ga ikut ujian kan? MasyaAlloh….
Sudah dulu ceritanya, nanti kita teruskan setelah UN selesai, aduh banyak agenda sekali setelah UN ini. Agenda main-main 😀
Empat hari lagi menuju UN, untuk adik-adik kelasku, selamat berlibur ya. Lihat nanti kami yang akan libur lebih panjang. hehehe
Sukses selalu untuk kawan-kawan twelofsa, kita berjuang bersama dan lulus bersama.. Semoga Alloh permudah segala urusan kita ya!!