Tips Bangkit dari Keterpurukan

Assalamualaikum, teman-teman! kembali lagi nih di tulisanku. Semoga saat membaca ini, kalian dalam keadaan kesehatan jasmani dan ruhani yang terbaik, ya. 

Tulisan yang aku bagi kali ini adalah hasil catatanku pada pertemuan pertama di program 30 Hari Hidupkan Hati (30 HHH) yang disampaikan oleh Teh Karina Hakman. Siapa sih beliau? Pasti udah banyak yang kenal, ya. Beliau adalah seorang ibu yang juga merupakan Praktisi Homescholing, parenting enthusiast, dan penulis buku Bumi Hijrah. 

Karena program 30 HHH ini menjadi ajang perbaikan diri di awal tahun, mungkin selama 2022 kita mengalami banyak naik turun, ya menjadi hal yang wajar kok sebagai manusia.

Teman-teman, tahu tidak, di dalam diri kita ini, ada yang paling berpengaruh terhadap seluruh tubuh dan diri kita, yaitu segumpal daging; yang jika daging itu baik maka baiklah seluruh tubuhnya. Sebaliknya, jika daging itu rusak, maka akan rusak pula seluruh tubuhnya. Rasulullah dalam hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyebutnya dengan ‘hati’. 

Oleh karenanya, hati inilah yang menjadi penting untuk senantiasa kita jaga. Ketika setan menggoda manusia, hal itu sudah menjadi salah satu ketetapan Allah, tapi Allah yakin kalau hamba-Nya bisa ikhlas. Kata Allah, “sungguh beruntung manusia yang mensucikan hatinya”. 

Orang yang diuji oleh Allah berusaha menjaga diri dengan tawakkal. “Apa yang kurang?” Selau tanya ke diri sendiri untuk menutupi kekurangannya, jangan putus asa karena putus asa adalah hal yang disenangi oleh setan.

Allah yang tahu solusi dari masalah yang kita alami. Allah Al-Hadi: yang memberi petunjuk kepada hamba-Nya. Orang yang hatinya kotor, keras, maka susah untuk menerima. Lalu, bagaimana sih kita bisa menjadi hamba yang tidak mudah putus asa dan kuat bangkit dari keterpurukan?

Pertama, Memahami Konsep Takdir

Sejauh mana kita yakin terhadap ketetapan Allah? Allah jadikan semua hal yang ada di muka bumi sudah dengan ketetapan-Nya. Jangan terlalu bersedih hati dan terlalu gembira. Masing-masing kita hidup di atas petak bumi menghadapi level pendidikan berbeda, latar belakang keluarga yang berbeda pula. Kita semua unik. Kita tidak bisa mengecek takdir baik atau buruk. Ketika seseorang mendapat ujian dan bersyukur maka hal itu baik baginya. Allah Maha Adil. Jadi, gak mungkin Allah berbuat zalim kepada hamba-Nya. Kasih sayang Allah mencakup semua makhluk yang ada di alam semesta ini. Alamin mencakup keseluruhan alam, bukan hanya alam manusia, tetapi juga alam malaikat dan jin (Hadist Ibnu Kasir). Allah yang menetapkan setiap takdir, dan setiap takdir tidak ada yang salah. Konsep takdir ini harus kita imani dengan segala asma yang Allah miliki.

Setiap ujian adalah keniscayaan; sebagaimana matahari yang terbit dan tenggelam, tidak ada yang heran akan hal tersebut karena sudah nicaya. Begitu juga orang yang memahami konsep takdir. Allah menciptakan kita untuk melihat siapa yang paling baik amalnya.

Kedua, Taubat

Musibah yang kita alami, bisa jadi  dikarenakan kesalahan kita, mungkin karena dosa masa lalu kita. Lalu apa yang harus kita lakukan? Tidak lain adalah bertaubat dengan sebenar-benarnya. Malu sama dosa, kita simpan dosa-dosa itu, dan minta ampun ke Allah dengan memperbanyak istighfar untuk mengelola hati. Istighfar sudah menjadi bagian tabiat orang-orang yang tenang. Rasulullah yang maksum saja selalu beristighfar minimal 70 kali sehari.

Ketiga, Hijrah

Allah tidak akan meletakkan beban di pundak yang salah. Allah knows every single us. Kita tidak tahu seberapa besar kapasitas kita, maka Allah beri ujian sehingga kita bisa lompat melampaui hal yang tidak pernah kita pikirkan sebelumnya. Kegagalan yang Allah kasih, Allah menjamin kita akan baik baik saja, asal kita minta tolong ke Allah. Yang berat itu bukan ujiannya, tapi hatinya yang sempit.

Keempat, Menjaga Salat

Allah sandingkan antara sabar dan salat di dalam Al-Quran. Salat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. Kita diajarkan oleh Allah untuk kembali. Jauh sebelum ada teori meditasi buat mindfulness, Allah sudah kasih solusi dengan salat. Kalau di dalam meditasi disarankan bangun tidur melakukan aktivitas tersebutm jauh sebelum lahirnya teori it kita sudah diperintahkan untuk salat subuh di waktu fajar dengan mengmabha, bersujud, dan berbincang dengan Allah. Di meditasi tidak melibatkan Allah, sedang dalam Islam, ada afirmasi yang ditujukan kepada Allah, Allah Maha Besar atas segala sesuatu. Salat adalah jalan turunnya pertolongan Allah, salat menjadi penjemput pertolongan Allah. Salat juga dapat membantu menjauhkan diri dari perbuatan keji dan munkar. Orang yang salatnya baik, maka akan lebih semangat. Salat juga disebut miftahul jannah atau kunci surga.

Kelima, Memaknai al-Quran

Salat saja ternyata gak cukup, maka Allah turunkan Al-Quran sebagai As-Syifa: penawar bagi hati kita. Al-Quran sifatnya sudah menajadi penawar, apalagi isinya. Semakin dekat dengan Al-Quran semaki nikmat. Maka sudah saatnya kita bangun interaski dengan Al-Quran.

Keenam, Zikrullah

Qs. Ar-Ra’du: 28, Allah yang menyampaikan kalau berzikir akan membuat hati kita tentram. Kalau kita banyak berzikir, setan gak sanggup masuk menggoda kita. Hati kita gak bisa dissusupi setan, karen sudah penuh oleh Allah. Jika kita perbanyak zikrullah, Allah akan beri rasa optimis, bukan karena diri sendiri yang mampu, tetapi yang Allah berikan ke diri kita. Keep moving forward.

Ketujuh, Menjaga Sabar

Sabar berdampingan dengan ujian, itulah mengapa tak perlu khawatir terhadap ujian yang menimpa karena rupanya sudah Allah siapkan jalan keluar berbarengan dengan hadirnya ujian, seperti yang dijelaskan dalam Qs. Al-Baqarah: 155. Ujian itu kebaikan untuk kita juga, buktinya coba cek di dalam Qs. Az-Zumar: 10 yang menyebutkan bahwa orang sabar itu akan mendapat pahala tanpa batas, malaikat akan memberikan salam dari surga karena kesabaran kita.

Kedelapan, Bersyukur

Poin terakhir adalah bersyukur. Hal yang sulit untuk dilakukan apalagi saat kita dalam keadaan sulit. Namun kita perlu belajar dari Qs. Ibrahim: 7. Nabi Ibrahim yang diberi banyak ujian namun tetap bersyukur. Kita perlu perbanyak rasa syukur atas apa yang Allah berikan kepada kita. Rasa syukur yang paripurna adalah syukur tanpa syarat, syukur karena keyakinan dan aqidah bahwa Allah telah memberikan kita yang terbaik. Contoh syukur yang dengan syarat tuh kayak gini misalnya, “aku bersyukur karena udah kerja, lihat temanku ada yang bahkan belum lulus kuliah”, rasa syukur yang keliru, karena bersyukurlah tanpa ada embel-embel apapun, syukur yang tanpa syarat.  

Allah gak mungkin luput memberikan nikmat pada hamba-Nya. Apapun ujian yang membuat lelah, tidak ada apa-apanya dibanding kenikmatan surga. Surga adalah wujud kasih sayang kepada hamba-Nya, tidak bisa dibeli dengan amal. Pahala penghuni surga tidak cukup membeli satu biji mata saja, maka surga bagi hamba-Nya yang Allah sayangi. 

MasyaAllah, ya poin-poin dan penjelasannya di atas sangat cukup untuk kita jadikan pembelajaran agar bisa bangkit dari keterpurukkan. Semoha Allah mudahkan langkah kita, Allah ringankan kaki kita untuk senantiasa menuntut ilmu. 

Sampai jumpa di tulisan berikutnya, ya. Barakallahu fiikum 🙂

Share the Post:

2 Responses

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »