Assalamualaikum, teman-teman!
Gimana kabar di awal tahun? Ada yang lagi semangat-semangatnya, ya dengan resolusi yang baru disusun buat 2024!
Sebelum jauh menjalani tahun baru, aku mau berbagi hasil dari menghadiri kegiatan Hassan bin Tsabit Summit sebagai salah satu perwakilan Baik Berisik, ya. Siapa tau, ada yang mau revisi resolusi jadi orientasinya buat kemerdekaan Palestina, ya kan? Hehe
Kegiatan yang tepat di 31 Desember ini pake konsep kayak TEDx kalau teman-teman familiar. Setiap narasumber diberi waktu sekitar 10 menit untuk menyampaikan gagasannya, tanpa ada tanya jawab. Menurutku ini efektif dengan banyaknya narasumber yang hadir dari latar belakang yang berbeda, namun memiliki satu tema besar, dalam hal ini Kemerdekaan Palestina.
Memilih Menjadi Golongan Pertama
Pembicara pertama adalah Ustaz Hammad Rosyadi, yang mengawali nasihatnya dengan menjelaskan makna dari Al-Quran surat Ali Imran ayat 140. Kita belajar dari perang Uhud, saat umat muslim menerima kekalahan, ada dua kategori kelompok dalam menghadapi situasi ini.
Ketika banyak sahabat yang syahid, manusiawi, ya kalau timbul kesedihan. Namun, hebatnya tidak ada sama sekali penyesalan dan protes kepada Rasulullah atas apa yang mereka rasakan karena Allah memberikan rasa aman, tentram, dan gak takut terhadap musuh-musuh kaum muslim. Ini adalah gambaran kelompok pertama.
Beliau mengutip nasihat dari Syeikh Ahmad Yasin, “Jalan perjuangan ini adalah jalan yang sulit; membutuhkan pengorbanan dan kesabaran.”
Gambaran kelompok kedua, yaitu kelompok yang menghadapi kondisi pelik dan ikut bersedih, namun tidak peduli kepada siapapun, hanya memikirkan diri sendiri. Mereka membuat sangkaan jahiliyah bahwa mereka tidak percaya atas segala yang telah terjadi adalah takdir Allah. Karakter kedua ini selalu mempertanyakan, ‘buat apa sih kita berjuang?’.
Teman-teman, yang kita saksikan dan terlibat dalam pengorbanan kemerdekaan tanah Palestina adalah hal sulit, fase yang harus kita lalui dengan pengorbanan. Jangan sampai, kita malah menambah luka orang-orang Palestina yang sudah tertindas dengan menyalahkan mereka yang berjuang.
Semua Punya Peran, Bahkan Emak-emak
Warga Palestina yang berjuang, menjadi garda terdepan dalam pembebasan tanah yang Allah muliakan, mewakili jutaan umat manusia dunia. Barisan perjuangan di Palestina tidak luput dari peran perempuan dalam hal ini ibu-ibu yang memiliki kekuatan moral dan spiritual. Bertubi-tubi cerita kekerasan dan ancaman, yang selalu berhasil menjadi suatu tantangan untuk terus bergerak dalam jihad di jalan Allah.
Kalau kata Mbak Ihya Adini Islami, narasumber kedua yang mewakili suara ema-emak Indonesia, “Produk-produk yang beredar banyak made in China, namun keteguhan made in Gaza.”
Emak-emak, ini punya peran penting dalam menjalankan peran membela Palestina terutama dalah hal boikot, karena merekalah yag mengatur soal kebutuhan logistik rumah tangga, bener gak?
Selain itu, emak-emak juga bisa bantu julid lewat media sosial, saat israel menggunakan media massa sebagai alat propaganda, emak-emak bisa menggunakan peluru kata-kata menusuk yang mematikan. Jangan patah semangat, jangan pernah terpikir kalau kita gak punya andil, karena ketikan kita sangat berarti.
“Tenang, Indonesia punya intel, namanya intelnetijen!”
Boikot Ampuh untuk Melemahkan Musuh
Terkadang, dalam menanggapi netizen yang kontra terhadap Palestina kita harus banyak-banyak legowo memang, ya. Kalau kata Habib Ares Dimahdi, yang terkenal dengan Habib Boikot, “jangan mikirin ketikan orang yang ngetik gak pake mikir.”
Dari segala upaya dalam membela Palestina, yang banyak dibahas di media sosial salah satunya adalah gerakan boikot. Wah, ini banyak banget opini kontra, dalih segala macam, membuat orang-orang yang memilih untuk boikot sebagai bentuk dukungan, justru diserang dan dianggap salah. Padahal, pemboikotan ini sebenarnya bisa dikemas dengan cover yang berbeda, namun orang bisa lebih mudah menerima, beliau memberikan contohnya seperti ini:
Ada orang yang gak bisa mengontrol konsumsi minuman berpemanis kemasan, lalu pergi ke dokter karena mengeluhkan suatu penyakit, sehingga dokter menyarankan untuk berhenti mengkonsumsi minuman berpemanis tersebut. Orang akan memberikan respon positif atas saran dokter, dengan dalih menjaga kesehatan.
Namun, saat pemboikotan dilakukan atas dalih melemahkan musuh Palestina, respon orang-orang jadi menyerang, padahal tujuannya sama-sama berupaya untuk mengurangi konsumsi.
Mengenai serba-serbi pemboikotan, bisa dibaca lebih dalam melalui konten yang sudah pernah aku olah di sini, dan untuk tau asal mulanya gerakan Boycott, Divestment, and Sanction.
Pertanyaannya, emang boikot ngaruh ya? Jawabannya iya, sangat ngaruh. Orang Yahudi itu, menuhankan uang, sehingga ketika kita memboikot, akan mempengaruhi perekonomian. Artinya kita berhasil melemahkan mereka!
Duh, masih kepikiran ya repotnya boikot-boikot, tenang teman-teman, catat nih kutipan yang aku ambil dari Habib, “Mending repot di sini, daripada besok ketemu sama Allah!”
Ngejulid Pake Sistematika
Netizen Indonesia memang nomor satu buat ngejulid, tentu ini menjadi kekuatan dalam satu aspek, yakni gerakan menyerang tentara israel, masyarakat israel, bahkan orang-orang yang menunjukkan pro terhadap kebengisan zionis.
Kenalin, nih narasumber selanjutnya adalah Bang Erlangga Greschinov, doi ini Komandan Satuan Operasi Khusus Netizen Julid Anti-Israel yang gerakan ini yang kita kenal dengan julid fii sabilillah.
Kenapa sih harus menguasai media sosial? Media sekarang itu, dikuasai oleh zionis, sehingga dengan kehadiran media sosial kita punya cara berbeda untuk membantu perjuangan Palestina. Contohnya, banyak tentara IDF yang menampilkan kesenangan di tengah reruntuhan, kita sambut mereka dengan serangan komentar.
Gerakan julid ini, jadi gelombang besar di tengah masyarakat Indonesia yang didengar dunia internasional, bahkan Malaysia dan Turki ikut merapatkan barisan menjadi kelompok besar julid fii sabilillah. Negara kita bukan hanya nasional, tetapi internasional. Kita perlu bangga dengan populasi muslim terbesar keempat di dunia.
Gerakan julid ini sangat sistematis, ada komando bagaimana cara kita menyerang, akun mana yang jadi tujuan serangan. Adapun visi dari gerakan ini adalah memenangkan narasi Palestina di kancah internasional. Adapun misinya adalah:
- Mematahkan mental zionis
- Merusak algoritma akun zionis
- Memperbesar anggaran biaya propaganda zionis
- Mengadvokasi Palestina menghadapi zionis
Biaya propaganda yang dikeluarkan oleh zionis itu mahal banget, sampai milyaran lho, tetapi, kita yang mendukung Palestina di media sosial tanpa uang, kita bergerak atas dasar iman. Maka, semakin besar gerakan julid, mereka akan semakin menggelontorkan banyak uang, sampai uang mereka habis cuma buat bikin narasi propaganda!
Awal-awal gerakan julid ini, dianggap sebagai perlawanan dari Hamas, katanya ada Hamas di Indonesia! Ya, terserah mereka deh, ya. Segala macam perjuangan dikata Hamas, saking orang kecil panik sama sekitar jadi semua disalah-salahin haha. Netizen Indonesia sudah disebut teroris sama israel. Hebat!
“Tugas kita memastikan agar mereka tidak merasa aman, mereka setting akun-akunnya jadi private sehingga tidak bisa menampilkan kejahatan mereka.”
Menjadi Juru Bicara Abu Ubaidah
Palestina menggambarkan sebuah perjuangan yang setia. Hari ini, banyak mata dunia yang sadar akan kekuatan pembebas di garis terdepan. Tentang Palestina, bukan cuma isu yang berdarah, tetapi bentuk perlawanan.
Kalau kita perhatikan, rajin sekali Hamas merilis video dan foto kelas juara yang menggambarkan perlawanan mereka di medan perang. Hampir setiap tiga hari sekali ada satu video yang dirilis Hamas bahkan hingga proses pembuatan senjata-senjata yang keren dan mematikan. Maka, tugas kita adalah memperluas pesan-pesan yang disiapkan Hamas ke dunia. Jadi, jangan nangis-nangisnya aja. Kita perlihatkan ada perjuangan dan perlawanan.
Penyampaian materi ini oleh Ustadz Risalah Amar, yang rajin update perlawanan Hamas dan kondisi terkini di Palestina. Beliau sering kali membagikan konten-konten yang diproduksi Hamas yang tujuannya adalah beberapa poin ini:
- Untuk menunjukkan ke masyarakat dunia bahwa israel itu lemah
- lalu membuat kaum muslimin yakin bahwa kita kuat,
- dan mengabarkan orang-orang yang mengamati perang ini
Dalam perang, kerap kali menang atau kalah tidak penting, yang penting adalah bagaimana cara melawannya. Saat ini, perlawanan Palestina terhadap israel sedang ditonton oleh perusahaan yang mengembangkan persenjataan israel. Konten-konten ini juga menjadi pesan yang ingin disampaikan pada pemimpin dunia, karena banyak negara yang takut sama israel.
“Perang Tufanul Aqsa, bukan hanya sekadar perang. Perang ini untuk membangunkan generasi 2023 , mengabarkan pada mereka, inilah musuh kalian!”
Penuh Asupan Semangat!
Agenda Hassan bin Tsabit Summit ini emang sekeren itu, sih dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dengan segala ilmu dan pengalaman. Motivasi yang didapatkan di acara ini untuk jangka panjang. Kalau kata Bang Hamzah Tamimy, “yang kita reach bukan algoritma, jadi jangan patah semangat. Minimal kita bisa jawab pertanyaan Allah di akhirat.”
K-Popers juga Terusik
Di agenda ini juga hadir Bang Fuadh Naim, membawakan materi stand up comedy yang asik banget, sehingga gak banyak yang aku catat tentang penyampaiannya, aku asik tertawa saat menyimak. Garis besar yang disampaikan Bang Fuadh itu mengenai berita terkini yang mengusik para K-Popers.
Belakangan ini ramai foto-foto artis Korea yang mengunggah foto di media sosialnya yang mengonsumsi brand yang sedang disorot dunia karena pro terhadap genosida yang dilakukan israel terhadap Palestina. Misalnya Doyoung NCT yang mempertontonkan produk McDonald, lalu Siwon Super Junior, dia bergaya dengan santai memperlihatkan kopi Starbucks di genggamannya.
Apakah tindakan mereka tidak disengaja? Apakah mereka tidak tau yang sedang terjadi di tengah dunia? Bagi Bang Fuadh, hal tersebut justru menunjukkan dua hal, pertama membuktikan bahwa mereka seabai itu, just care about them! Kedua, takut gak diakui Amerika, karena artis Korea yang sudah dianggap sama Amerika itu sebuah prestisius besar!
Islamophobia di Korea itu memang pesat banget, itu kemungkinan besar yang terjadi sehingga mereka mengabaikan kabar tentang Palestina. Di mata mereka, hanya tentang uang, bukan kemanusiaan.
Bibit Pembebasan dari Keluarga
Kalau sebelumnya menyinggung bentuk dari islamophobia yang jadi arus besar di masyarakat Korea, sekarang kita bahas dari mana sih sebenarnya pendidikan agama hingga menanamkan bibit pembebasan Masjidil Aqsa?
Kini pemaparan materi dari Ustaz Muzammil Hasballah, yang memulai dengan kalimat, “perjuangan kemerdekaan Palestina bukan ‘one man show’, tapi kerja peradaban yang dimulai dari masyarakat dan lingkupan kecilnya adalah keluarga.” Sehingga, yang menjadi poin penting, dalam hal ini adalah diri kita yang harus senantiasa memperbaiki diri.
Ustaz Husein Gaza juga bercerita bagaimana ia sejak kecil sudah didik oleh orang tuanya, kalau musuh dia bukan teman sekampung, bukan tetangga, bukan yang ada di satu negara, ayahnya dengan berapi-api bilang kalau musuhnya adalah zionis israel. “Musuh kamu itu Netanyahu.”
Beliau menyampaikan, kualitas seseorang bisa dilihat dari siapa musuhnya dan apa yang membuatnya risau. Ketika kita musuhnya adalah teman beda kampung, maka kualitas diri kita hanya selevel kampungan. Kalau musuh kita zionis israel dan para sekutu, maka level diri kita sudah internasional.
Kerisauan kita harus tertuju pada Baitul Maqdis. Kalau kita sudah lekatkan zionis sebagai musuh dan baitul Maqdis adalah kerisauan kita, maka hidup kita sudah tenang, karena musuh kita sama dengan musuh para Nabi.
Kalau pertempuran di Gaza sudah berakhir, maka perjuangan kita sudah sampai, citranya israel hancur, dan kita tunaikan janji Rasulullah untuk salat berjamaah di Masjid Al-Aqsa.
Note: penggunaan kata israel gak pake huruf kapital layaknya suatu tempat, karena bagi saya israel bukan negara 🙂
2 Responses
masukan dikit.. di atas tertulis surat AL-IMRAN.. yang tepat ALI IMRAN artinya keluarga Imran.. Tulisannya bagus, mengalir dengan lancar. Jadi pengen belajar nulis nih, hehe. Sukses ya..
oya, Pak siap makasih untuk koreksiannya ya Pak. Alhamdulillaah…