Moment Masih di Bulan syawal

Bulan Ramadhan telah berlalu dan digantikan dengan bulan syawal. Wah, pastinya banyak nikahan nih. Janur kuning berderet di jalan (hahaha apasih orang niatnya gak bahas itu). Owala.. jangan salah, nikah di bulan syawal itu yang dicontohkan Rasulullah ketika menikahi Siti Khajidah loh. (Ih, ni tangan gatel banget ngebahas pernikahan).

SKIP!

Alhamdulillaah, bulan syawal merupakan bulan silaturrahim. Kepada sanak saudara, teman, dan gak lupa semakin eratkan cinta dengan keluarga. Saat aku dan ummi mencari tempat untuk shalat Ied dari kejauhan aku melihat remaja seumuran aku. Aku menerka-nerka. Dari mata, hidung, warna kuliat, sepertinya aku mengenali dia.Aku memecahkan kefokusan ummi ketika sedang mengucapakn Takbir, bertanya, apakah orang yang aku maksud sama seperti yang ummi sangka?. Aku kembali fokus pada persiapan shalat ied, berdo’a, dan mendengarkan khutbah. Saat aku berdiri, aku memanggil nama orang yang membuat aku tidak fokus dari tadi. Aku memanggilnya “Anis”,dia sedikit bingung lalu tanpa menunggu bermenit-menit dia memelukku “Sarah”. kita tertawa bersamaan, “ya Allah..udah lama banget ya gak ketemu, ka Isna di mana?” Isna adalah kakaknya, karena dulu ketika aku berada di Perumahan Ciampea, sekitar sembilan tahun yang lalu aku lebih akrab dengan kakaknya yang satu tahun di atas aku dan Anis. “Ka Isna, dia lebaran di Gontor. Gak pulang”. Sebenarnya akau tau, Anis dan ka Isna setelah lulus dari Sekolah Dasar di Dramaga, mereka melanjutkan di Gontor. Ka Isna, mengabdi dan melanjutkan kuliahnya do Gontor, mungkin karena kesibukannya di sana jadi tidak lebaran di Bogor.

Sampai rumah waktunya keluarga kecil bersalam-salaman. Sekarang memang ada yang berbeda, ada Bapak dan di rumah yang berbedea pula. Ummi selalu mengajarkan untuk menadi muslim yang baik, yaitu bersilaturahmi walau keadaan apapu. Walau ada yang membenci, walau ada yang tak enak hati dengan kehadiran kita. Kami sekeluarga pergi ke beberapa rumah untuk bersilaturrahim, dan dilanjutkan ke rumah nenek di Gunung Batu. Dan seperti biasa.

Tidak menghabiskan waktu lama di rumah nenek kami pulang. Beberapa setelah lebaran aku mengabiskan waktu di rumah saja. Baru kemarin, masih dalam satu pekan yang sama pada hari lebaran, dihari Sabtunya aku berkunjung silaturahim ke rumah sahabat, Arez.Aku gak sendirian ko, ada Rodhita dan sayang Ica gak bisa ikut kumpul karena ibunya sakit, Nida yang sudah terlanjur ke rumah teman laki-laki untuk acara UlangTahun. Aku sampai terlebih dahulu dibandingkan Rodhita di rumah Arez. Sebertemunya dengan Arez kita berpelukan (hikshiks) melepas rindu, tak lama Rodhita datang dengan ciri khas jalannya (hahah yang paling keker). Jangan heran kalau ngobrol kita ngarol ngidul. Dari yang bahas pengalaman kuliah, pertemanan baru di bangku kuliah, sampai masalah hati ( o ooow, hati? ah, baper!). Arez yang paling banyak cerita, dengan kisah klasik persahabatan (hahaha, klasik? sok kekinian banget yaa), bukan begitu, maksudnya kisah yang sering dialami dalam hubungan persahabatan, begitu. Rodhita cerita tentang pengalaman organisasinya, sampai ada yang berbeda dari organisasi,menemukan sesuatu, yang lumayan bisa dijadikan bahan cerita. Aku? kalau aku gak banyak cerita sih, habis ya begitu saja. Paling cuma nanggepin, terus dihubungkan dengan pengalamn aku, yaa gak se-spesifik banget ceritanya. Sebenanrnya banyak hal yang aku pengen ceritain cuma karena terlalu banyak jadi bingung mau cerita yang mana. Tentang belajar? owalaaa masih liburan deh ah (hwahwa), organisasi?ya gitu deh, tentang hati? (hus ah, gak akan diceritain di sini. Yang pasti aku cerita tentang ini).

Jadi, dulu sebelum kuliah kita janji buat harus tetap ketemuan walaupun berjauhan ( so sweet ga tuh?) yaiyalah, ya kali cuma aku yang rumahnya jauh dari mereka. Mereka satu daerah jadi akulah yang ke mereka, secara satu orang mengunjungi banyak orang mungkin lebih efisien dari pada satu orang dikunjungi banyak orang. Gak salah sih, cuma ya tau diri aja akunya haha. Tapi aku paksa mereka buat main ke rumah.

Sisa waktu kebersamaan kita bertiga dihabiskan untuk membuat rencana besar, untuk memecahkan satu masalah yang darurat banget. Tentang satu hubungan. Sampai-sampai kita dibuat sedih dan bingung. Ya, memang begitulah fungsi hadirnya sahabat. Bukan hanya senang ketika bersama,tetapi saat sedihpun harus tetap ada.

What a wonderful that’s Day!
Aku seneng banget ketemu mereka, walaupun bertemu ica hanya waktu yang singkat. Lain kesempaan kita harus kumpul semua ya! Kalian baik-baik di kehidupan masing-masing ya. Terus support impian-impian kita masing-masing, saling do’a dan kirimkan cinta. I Love Them ๐Ÿ™‚

Untuk kalian, yang sedari tsanawiyah mengenalku, memahamiku, dan menuntunku <3

Oya, kita sudah hampir menginjak kepala dua nih, kalau nikah kabarin sepekan sebelumnya ya, biar bisa prepare, takutnya mepet sibuk lebaran. Khawatir mau mengikuti sunnah, nikah di bulan syawal ๐Ÿ˜€ hahaha

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More ยป