Hallo good readers! Wohohoo 😀
Kali ini aku akan cerita kisah inspiratif dari seseorang yang begitu hebat karena perjuangannya, karena kesabarannya, karena kegigihannya, dan aku pribadi bangga karena ia mampu menjadikan keterpurukannya sebagai kekuatan untuk lebih banyak melahirkan kebaikan.
Keterpurukan?
Iya, keterpurukan. Hingga ia mengatakan bahwa tidak pernah ada penyesalan dalam hidupnya dari segala apa yang ia pilih. Namun, ia begitu menyesali satu hal, untuk kali pertamanya.
Penyesalan apakah itu? *eng ing eeeeeng (seneng bikin orang penasaran)
Sejak tahun 2007 saat duduk di bangku kuliah, ia adalah Mahasiswa aktif organisasi di kampus. Punya banyak teman, waktu yang ia gunakan untuk rapat, nongki bareng temen. Pokoknya kehidupan bersama teman teman selalu asik karena ia tidak merasa kesepian.
Hidup memang keras, gaes. Gak kayak Natrium dan golongan logam lainnya kalau ditempa, ion ionnya bergerak bebas dan kalau kena air bisa menghasilkan ledakan yang cukup besar untuk jenis atom lunak. (Efek PLP ngajarin peridok unsur, nih wkwkwkwk)
Ibarat atom non-logam, yang punya atom radikal (atom jomblo) yang siap membidik atom mana saja yang butuh pasangan. Dunia itu keras, ada kejahatan yang terorganisir mencari mangsa untuk investasi agen sehingga lebih banyak korban yang terperangkap.
Itu kira-kira yang ia alami. Kak Trusti Pratiwi namanya. Ia sudah mulai merokok sejak tahun 2007 ketika duduk di bangku perkuliahan semester dua. Berawal dari coba coba, karena penasaran. Parahnya lagi, ia menjadi korban iklan rokok yang masuk ke alam bawah sadarnya; subliminal.
“Ya, kan kalau lagi kumpul sama temen temen ngerasa gak kesepian. Ngejalanin ini itu bareng temen temen seru kan? Nah, kalau sendiri ngerasa kesepian pengen ada yang nemenin,” kata Kak Trusti.
Kemudian dari perasaan kesepiannya saat sendiri di kosan, ia teringat satu iklan rokok; yang kalian tau lah, ya gimana asiknya isi konten iklan rokok? Selain itu juga ia melihat temannya yang terlihat asik ditemani rokok.
Dari awalnya yang coba coba hingga akhirnya ketergantungan sampai bikin asep rokok kayak kereta kalau kata Kak Trusti. Miris banget ya, gaes. Kebodohan yang ia rasakan sepanjang hidupnya walaupun Allah sudah menegur dengan batuk berkepanjangan. Tahun 2015 ia sempat berhenti merokok selama empat bulan setelah itu ia masih melanjutkan aktivitas merokok.
Jadi, batuk itu bukan peringatan yang mampu memberhentikan Kak Trusti untuk merokok. “Oh, cuma batuk aja lah tinggal minum ini, minum itu,” kata Kak Trusti.
Lalu, apakah merokok mengganggu perkuliahan Kak Trusti dari segi akademik, misalnya?
Selama perkuliahan yang menjadi tantangannya adalah molor ketika mau belajar atau mengerjakan tugas. Seharusnya bisa mengerjakan tugas dari pukul tujuh malam atau pukul delapan, tapi karena harus memenuhi ‘nafsu’ untuk membuat asap sepanjang kereta itu, Kak Trusti baru bisa mengerjakan tugasnya sekitar pukul sembilan atau larut. Dampaknya apa? dampaknya gak fresh kalau esok harinya harus ke kampus; ngantuk.
Lalu, ada gak sih yang melarang Kak Trusti untuk berhenti merokok?
” Karena satu lingkungan, sih. Ada yang ngingetin cuma mereka jadi minoritas, gak punya power di lingkungan pergaulan aku dan pengaruh temen-temen yang sama sama merokok yang akhirnya bikin aku tetep ngerokok.”
Nah, Kak Trusti juga seorang penyanyi. Sejak kuliah ia menyisihkan waktunya untuk mengisi hiburan di mall, cafe, atau acara-acara pernikahan. Seiring waktu berlalu, selama sebelas tahun merokok Allah kasih teguran di tahun 2018. Ia mengidap penyakit laringitis.
Penyakit laringitis adalah penyakit pita suara. Itulah yang menyebabkan Kak Trusti kehilangan suaranya. Oktaf suara yang awalnya enam oktaf menjadi empat oktaf. Tentu hal ini membuat ia depresi. Ia sudah tidak bisa lagi menghibur banyak orang dengan suara merdunya. Ia seperti mengisolasi diri karena tidak sanggup berkomunikasi dengan siapapun sehingga selama dua pekan harus badrest
“Sampai orang kantor nelpon aja aku reject, ya orang aku gak bisa ngomong. Akhirnya aku ngetik deh ngejelasin panjang lebar ke temen kantor.”
Musibah yang dialami Kak Trusti menjadi teguran yang amat sangaaaaaaaaaat disesalinya. Ia merasa bahwa Allah benar-benar ingin ia berhenti merokok. “Efek samping merokok buat orang-orang itu beda-beda. Ada yang baru satu tahun merokok udah sakit, ada yang udah bertahun-tahun baru kena dampaknya. Itu semua kembali kepada teman-teman untuk merokok terus nunggu ditegur atau menjauhi barang tersebut sebelum benar-benar sakit.”
“Karena aku mengalaminya sendiri, dan itu gak enak banget dan sangat memalukan sekali.”Â
Hebatnya Kak Trusti, dari pengalaman yang menyedihkan ia tidak memilih untuk putus asa. Penderitaannya menjadi kekuatan untuk melakukan banyak kebaikan, terutama dengan bergabungnya ia dengan Lembaga Swadaya Masyarakat Smoke Free Agents 3.0.
Alasan yang mendasari ia bergabung dengan salah satu LSM pengendalian tembakau, karena ia tidak ingin ada lagi orang yang merasakan sakit seperti yang dialaminya.
Nah, gaes gimana cerita inspiratif dari Kak Trusti?
Ini langsung lho, testimoni dari korban Industri Rokok terutama dari paparan iklan yang mengepung kita; membidik kita!
Ini juga bentuk nyata, gak bohong aku ngobrol sama pengidap penyakit yang Allah ambil kenikmatan sehatnya karena rokok. Masih mau ngrokok, gak?