Siapa sangka aku menemukan serpihan jawaban rindu yang membendung.
Siapa sangka aku merasakan cinta tanpa aku harus tau sakitnya terjatuh.
Siapa sangka ada jarak yang terbentang tapi aku merasakan kehangatannya begitu dekat.
Melalui karyanya aku menemukan diriku yang sempat terombang.
Dan aku ceritakan bagaimana alurnya aku memberanikan dirimengucapkan ‘Uhibbuki Fillah’.
Sore menuju azan Maghrib aku menikmati camilan bersama Ummi dan Fathan sambil ngobrol santai. Tanganku tidak menggenggam ponsel tapi berada di sampingku dan aku matikan data internernya.
Saat obrolan kami beberapa menit terhenti aku meraih ponsel, menyalakan data, dan buka Instagram. Aku selalu tidak ingin tertinggal melihat story Teh Qoonita, karena pasti ada hal hal bermanfaat di dalamnya. Benar saja!
“Cintailah sesuatu yang tidak bisa dibeli dengan uang,” begitu penampakan awal story-nya. Lanjutkan tap membaca dengan baik setiap kalimatnya.
Ia menceritakan ketika makan di restoran mewah yang tidak bisa ia beli sendiri dengan uangnya.
Ia menceritakan saat berlibur diajak ke resort mewah.
Namun, baginya kelezatan makanan koko handal dengan bahan makanan pilihan tidak bisa membayar kelezatan telur ceplok yang ia santap selepas projek vidionya usai.
Namun baginya kenyamanan tidur di kamar mewah tidak bisa mengalahkan kenikmatan melepas lelah di dalam bus setelah mengisi acara di suatu tempat.
“Rupanya bersebab fitrah manusia yang punya unsur langit, ruh itu menemukan kembali jalannya. maka, saat itulah ia bahagia.” Pada kalimat ini mataku berbinar. Air mata di pelupuk sudah tak kuasa ingin ditumpahkan.
“Maka beruntunglah mereka yang telah menyesap perjuangan. Kau penuhi hatimu dengan nikmat yang mahalnya tak terbeli dengan ema sepenuh bumi.” Kali ini bukan saja air mata yang deras,juga diikuti isak yang kuat sambil lirih mengatakan, “Maa Syaa Allah.. ya Allah Te Qoonit” Ummi diam karena sudah mengerti. Fathan riuh meledek, mengatakan aku cari perhatian, gak jelas tiba-tiba nangis. Ummi bilang, “Hus! Itu Teh sarah lagi terharu jadinya nangis.”
Aku berlebihan?Tidak! Aku benarbenar merasakan kata katanya yang begitu dalam karena aku salah satu orang yang berhasil menemukan ‘siapa aku’ darinya.
Aku dipertemukan atmosfer semangat para pejuang kebaikan.
Terakhir, ternyata benar ada kenikmatan yang tidak bisa dibeli dengan uang. Aku sangat merasakan itu, sehingga aku ingin lebih banyak merasakan kebahagian kebahagiaan yang begitu dahsyat dengan menjadi perantara orang lain mengenal Allah dan Rasulullah lebih dekat, membangkitkan orang lain dari masalahnya, dan membuat orang lain punya tekad utuk menjadi lebih baik.
Tanganku refleks mengetik pesan untuknya, “Maa syaa Allah..Teh Qoonit uhibbuki Fillah.”