Kisah Inspiratif Seorang Hafidz

Banyak hal di sekitar saya yang mejadi inspirasi dalam untuk saya. Terutama dalam tetap istiqomah di jalan Allah, mejadi hanif atas izin Allah.

Ini kisah dari seseorang yang saya kenal sangat baik. Yang jika dibandingkan dengan dia serasa aku bukan apa-apa di dunia ini. Akhlak yang Mulia, seorang Hafidz, dan penyayang. Saat dia sudah Allah izinkan untuk menikah dia berkonsultasi pada seorang ustadz, dia mengatakan bahwa InsyaAllah sudah siap untuk memiliki istri. Tanpa adanya kontak dengan sang calon, jangankan bertemu langsuung untuk berhubungan lewat smspun tidak sama sekali. Jika ada pertanyaan-pertanyaan yang ingin diberikan pada calon istri ustadznyalah yang menadi perantara. Kedua belah pihak telah menentukan untuk “seserahan” pada salah satu tanggal di bulan April, dan keduanya menyetujui. Masih di bulan Mei pada tanggal tua keluarga belah pihak dengan segala pertimbangan memutuskan untuk segera akad dan perayaan walimah yang sederhana saja. Sang calon suami menyetujui dan diambillah keputusan bahwa akad akan dilaksanakan pada tanggal 2 April. Akad dilakukan sangat lancar dan tuma’ninah. membuat hari seluruh keluarga dan hadirin yang menyaksikan. Setelah akad barulah sang suami menghampiri sang istri. Inilah pertama kalinya mereka saling bertemu. MasyaAllah. Sang istri malu-malu menatap sang suami. Saat sang istri ingin mencium tangan sang suami dia malah malu-malu sembunyi di belakang punggung ibunya. Mereka memang sama-sama terjaga dalam sebuah penantian.

Setelah menikah mereka saling menceritakan kisah hidup sebelum akhirnya menjadi sepasang suami istri yang tujuannya adalah membentuk keluarga Qur’ani. Sang suami memamng bukan berasal dari keluarga yang berkecukupan. Setelah lulus SD dia tidak meneruskan sekolahnya lantas mencari uang untuk kehidupan keluarganya. petualangan hidupnya sangat paanjang, mulai dari kuli panggul di pasar dan menjadi penjaga kantin di salah satu kantor, tetapi dia sempat tinggal dan belajar di Ma’had selama 9 tahun. Dan Allah memberikan rencana yang tak terduga kepadanya. Saat menjadi penjaga kantin, dia sering mengumandangkan azan di mushola kantor tersebut lantas ada seseorang yang tertarik dengan suaranya, akhirnya dia ditawarkan untuk menjadi marbot dan muadzin di salah satu masjid daerah perumahan. seiring berjalannya waktu, dia diangkat menjadi imam masjid dan mengajar TPA di perumahan tersebut.

suatu ketika, saat dia memutuskan siap menikah dia hanya memiliki uang satu juta rupiah. Tidak lama setelah mengumandangkan azan ada seorang jama’ah sms kepadanya. “kenapa ko suara azannya beda? lagi ada pikiran bukan a?”. Dia menceritakan bahwa sebentar lagi dia akan menikah dan belum punya biaya cukup, Allah membuka jalan untuk hambaNya yang selalu yakin akan kekayaannNya, akhirnya seorang jama’ah tersebut akhornya memutuskan untuk memberikan uang sebesar lima juta rupiah dan disusul dari jama’ahnya sebesar lima juta rupiah juga.

Share the Post:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Bahagia yang Tertahan

Saat kumulai menulis ini, baru memasuki Syawal kelima. Saat rasanya lelah badanku belum hilang setelah aksi Palestina bersama Serikat Pengemudi Daring (Speed) empat hari setelah

Read More »